Sistempendidikan Australia berbeda dengan kebanyakan negara lainnya dengan adanya Australian Qualifications Framework (AQF). Didirikan pada tahun 1995, AQF adalah kebijakan nasional yang melingkupi kualifikasi dari pendidikan tinggi, pendidikan vokasional, dan pelatihan, sebagai tambahan untuk sertifikat lulus sekolah, yang dinamakan Senior Secondary Certificate of Education.
ManajemenPendidikan Australia 1. Otorita. Berdasarkan konstitusi Australia, pendidikan adalah tanggung jawab Negara bagian. Pada setiap Negara bagian, seorang menteri pendidikan dengan sebuah departemen pendidikan melaksanakan pendidikan dasar dan menengah, dan adakalanya juga pendidikan prasekolah.
Sekitar25% dari para siswa belajar di sekolah-sekolah yang bukan umum (milik berbagai golongan agama).9 Struktur sistem pendidikan formal Australia yaitu: a) Pendidikan Prasekolah Pendidikan prasekolah lebih bervariasi pengadministrasian, pendanaan serta kurikulumnya dibandingakan dengan sektor pendidikan lainnya karena ia banyak dikelola oleh badan-badan swasta, dan keterlibatan pemerintah juga berbeda-beda terhadap lembaga ini.
Vay Tiá»n Nhanh. Australia menawarkan beragam pilihan studi untuk para pelajar internasional, dengan lebih dari institusi dan jurusan untuk dipilih. Lembaga akademik di Australia mendapatkan ulasan baik dalam hal-hal seperti kepuasaan pelajar, kelayakan kerja, serta kualitas hidup dan suasana komunitas pelajar, dengan Melbourne dan Sydney menduduki posisi lima teratas di daftar kota terbaik untuk para pelajar. Kedua kota ini adalah rumah bagi beragam institusi akademik terkemuka seperti The University of Melbourne, The University of Sydney, University of New South Wales, Monash University, Macquarie University, RMIT University, dan masih banyak lagi. Universitas adalah institusi pendidikan tertinggi di Australia, dan negara ini secara keseluruhan memiliki 39 universitas 37 universitas negeri yang didanai pemerintah, dan 2 universitas swasta. Para mahasiswa universitas dapat menempuh pendidikan dalam-kampus untuk meraih gelar sarjana bachelor atau mengambil jurusan pascasarjana postgraduate. Jurusan pascasarjana menyediakan gelar sertifikat, diploma pascasarjana, serta program magister dan doktoral. Untuk jenjang pendidikan selepas SMA dan di bawah level universitas tersedia dua jalur pendidikan vokasi serta college. Pendidikan vokasional, berkonsentrasi pada keterampilan praktis dan pelatihan industri siap kerja. Pendidikan vokasi ini dapat ditempuh pada institusi pendidikan negeri yang didanai pemerintah Australia seperti institusi TAFE Technical and Further Education, maupun pada institusi swasta. Kemudian yang kedua, ialah college yang menawarkan sistem kredit yang bisa diteruskan saat melanjutkan studi ke universitas. Sistem kualifikasi Sistem pendidikan Australia berbeda dengan kebanyakan negara lainnya dengan adanya Australian Qualifications Framework AQF. Didirikan pada tahun 1995, AQF adalah kebijakan nasional yang melingkupi kualifikasi dari pendidikan tinggi, pendidikan vokasional, dan pelatihan, sebagai tambahan untuk sertifikat lulus sekolah, yang dinamakan Senior Secondary Certificate of Education. Biaya dan beasiswa Australia adalah tempat yang ideal untuk menikmati pendidikan kelas dunia dan kualitas hidup yang luar biasa, namun ada beberapa biaya yang perlu dipertimbangkan sebelum Anda memilih negara ini sebagai tujuan studi di luar negeri. Australia mendapatkan ulasan baik dalam hal keterjangkauan, dengan biaya hidup seperti biaya sewa akomodasi pribadi dan biaya sekolah setara dengan Amerika Serikat dan Inggris. Anda juga dapat memperoleh uang saku dengan cara bekerja paruh-waktu. Pemerintah Australia merekomendasikan anggaran sebesar AUD$19,830 per tahunnya untuk biaya hidup seorang mahasiswa. Biaya akomodasi merupakan faktor terbesar dalam anggaran biaya hidup tersebut; anggaran lainnya harus dibuat untuk rekreasi, keadaan darurat dan biaya kesehatan lainnya yang tidak ditanggung oleh Overseas Student Health Cover. Variasi dalam nilai tukar valuta asing mungkin dapat mempengaruhi pembuatan anggaran. Mengetahui biaya hidup rata-rata di Australia merupakan bagian penting untuk mempersiapkan keuangan Anda. Sumber International Education Specialists
ArticlePDF Available AbstractEducation is always influenced by factors that enveloped it. So it is very likely to occur differences in product and quality of education between one institution and another institution or between one country to another. This difference initiate researcher to be open-minded and examine the system and education implementation in an institution or another country in order to absorb positive information for improvement and advancement of encourages the emergence of comparative education studies. Indonesia,in an effort to increasethe quality of its education, needs to conduct a similar study by examining andcomparing Indonesian education with other countries, in this case, Germany and Australia that their quality of education is among the best in the World. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for freeContent may be subject to copyright. 25Saifullah IsriKonsep Pendidikan Jerman dan Australia; Kajian Komparatif dan Aplikatif terhadap Mutu Pendidikan IndonesiaJurnal Pendidikan Islam Volume IV, Nomor 1, Juni 2015/1436AbstractEducation is always influenced by factors that enveloped it. So it is very likely to occur differences in product and quality of education between one institution and another institution or between one country to another. This difference initiate researcher to be open-minded and examine the system and education implementation in an institution or another country in order to absorb positive information for improvement and advancement of encourages the emergence of comparative education studies. Indonesia,in an effort to increasethe quality of its education, needs to conduct a similar study by examining andcomparing Indonesian education with other countries, in this case, Germany and Australia that their quality of education is among the best in the Germany, Australia, the Quality of EducationAbstrakPendidikan selalu dipengaruhi faktor-faktor yang sangat mungkin sekali terjadi perbedaan hasil dan kualitas pendidikan satu lembaga dengan lembaga yang lain atau satu negara dengan negara yang lain. Perbedaan inilah yang mendorong peneliti untuk terbuka dan mengkaji sistem dan implementasi pendidikan di institusi atau negara lain guna menyerap informasi positif guna perbaikan dan kemajuan pendidikan. Inilah yang mendorong munculnya kajian pendidikan komparatif. Indonesia yang ingin meningkatkan kualitas pendidikannya perlu melakukan kajian yang sama dengan mempelajari dan mengkomparasikan Konsep Pendidikan Jerman dan Australia; Kajian Komparatif dan Aplikatif terhadap Mutu Pendidikan IndonesiaSaifullah IsriFakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Ar-Raniry Banda Acehe-mail Pendidikan Islam Volume IV, Nomor 1, Juni 2015/1436DOI 17 Februari 2015 Direvisi 8 Mei 2015 Disetujui9 Juni 2015 26Saifullah IsriKonsep Pendidikan Jerman dan Australia; Kajian Komparatif dan Aplikatif terhadap Mutu Pendidikan IndonesiaJurnal Pendidikan Islam Volume IV, Nomor 1, Juni 2015/1436pendidikan Indonesia dengan negara lain yang dalam hal ini adalah Jerman dan Australia yang kualitas pendidikannya termasuk yang terbaik di dunia. Kata KunciPerbandingan Pendidikan, Jerman, Australia, Mutu PendidikanPendahuluan Keyakinan akan urgensi pendidikan telah mengantarkan peradaban manusia kepada pembentukan sistem pendidikan, yang dipandang sebagai satu hal yang wajib ada dalam sistem kehidupan berbangsa dan bernegara. Dengan penyesuaian terhadap keunikan setiap komunitas yang umumnya terkait dengan nilai, ritual, teladan dan perbedaan ekonomi, sosial dan budaya masyarakat diberbagai belahan dunia, serta situasi politik menyebabkan perbedaan hasil yang studi tentang program pendidikan dan badan-badannya yang digunakan masyarakat dalam rangka memenuhi aspirasi tingginya, kian menjadi tujuan sorotan ilmiah di banyak hasrat untuk mengetahui sebanyak-banyaknya tentang semua aktivitas kependidikan di semua tempat inilah yang menjadi ciri terbaik dari studi pendidikan komparatif di masa sekarang. Studi komparatif dimulai di Barat dalam situasi yang pada dasarnya sama sekali berlainan. Selama berabad-abad, Gereja Katolik Roma mengklaim hak eksklusif Baca Monopoli Penyelenggrakan sekolah. Namun setelah reformasi, monopoli gereja dalam pendidikan tak lagi merdeka yang bermunculan akibat kekalutan perang agama banyak yang memeluk agama protestan. Beberapa negara, khususnya Jerman memelopori pengembangan sistem pendidikan nasional yang hasilnya sangat memuaskan sehingga terus berkembang dan diikuti oleh negara-negara lain seperti Australia dan lain Studi perbandingan ini pada dasarnya diharapkan dapat mengembangkan sumber daya pribadi intelektual dengan melengkapinya dengan informasi tentang aspirasi, gagasan dan pengalaman orang lain. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mendorong para penggiat pendidikan untuk meninggalkan pola pandang sempit dalam mengembangkan sistem tidak lagi dilihat melalui kaca mata kuda, dimana para pengambil kebijakan di bidang pendidikan hanya terfokus pada sistem pendidikan sendiri. Semakin berkembang kesadaran bahwa pola pandang egosentris hanya akan menjadikan sistem pendidikan sebuah bangsa rentan terhadap resiko stagnasi pendidikan yang akan menyebabkan perkembangan ke arah yang lebih baik menjadi terhambat akibat tidak adanya upaya 1 Agustiar Syahnur, Perbandingan Sistem Pendidikan 15 Negara,Bandung Lubuk Agung, 2001, hlm. 92 Don Adams, Educational Pattern In Contemporary Societies, In. Thut Eds., Pola-pola Pendidikan dalam Masyarakat Kontemporer, Yogyakarta Pustaka Pelajar, 2005, hlm. 2 27Saifullah IsriKonsep Pendidikan Jerman dan Australia; Kajian Komparatif dan Aplikatif terhadap Mutu Pendidikan IndonesiaJurnal Pendidikan Islam Volume IV, Nomor 1, Juni 2015/1436benchmarking dengan sistem pendidikan yang dikembangkan pihak lain. Tanpa ada bandingan, kerap seseorang terjebak dalam pola pandang âbaik sendiriâ. Oleh karena itu, dalam makalah ini kami mencoba membahas dan menguraikan bagaimana konsep pendidikan Jerman dan Australia serta pengaruhnya terhadap pendidikan di Indonesia dalam peningkatan mutu dan kualitas?.Mengingat ada beberapa faktor penting dalam mengkaji studi perbandingan pendidikan khususnya untuk mahasiswa, baik dalam perspektif sosial, religius, politik, ekonomi, bahkan letak Negara Jerman dan Autralia dipilih karena keunggulan yang dimiliki dalam sistem ini, Jerman dan Autralia merupakan negara dengan sistem pendidikan terbaik di dunia. Tahun 1970 sistem pendidikan Jerman sudah mampu meraih tujuan-tujuan yang dicanangkan, âhanyaâ sekitar 25 tahun setelah Jerman rata dengan tanah akibat kekalahan dalam Perang Dunia II Institut fĂŒr Auslandebeziehungen 1986. Berbagai keunggulan Jerman dan Autralia di bidang kedokteran, teknologi, sastra, dan seni merupakan keberhasilan sistem pendidikan yang secara gemilang telah mampu menjawab berbagai permasalahan yang ada pasca kekalahan Perang Dunia Pendidikan di Jerman Secara geografis, Jerman terletak di tengah-tengah benua Eropa dengan luas daerah 356,957 berpenduduk 82 Juta lebih, dan kira-kira 8% di antaranya adalah bukan berkebangsaan negara asing ini hijrah ke Jerman sekitar akhir tahun 1950-an, yang mayoritasnya adalah orang Turki. Jerman pada masa Perang Dunia II merupakan negara yang kalah inilah yang mempengaruhi mental rakyatnya untuk melahirkan pemimpin/ anak negeri yang mempu membawa mereka menuju kejayaan dan hidup dan Tujuan Pendidikan Dengan sejarah kelam yang bertumpu pada pengalaman kekalahan dalam dua perang dunia dan hancurnya negara Jerman, masyarakat Jerman mulai membangun sistem pendidikan yang terbebas dari potensi membuat kesalahan 3 Adapun faktor-faktor tersebut adalah; 1 Rasa persatuan nasional, 2 Situasi umum perekonomian, 3 Kepercayaan dan tradisi utama, termasuk peninggalan religius dan budaya, 4 Status pemikiran pendidikan progresif, 5 Persoalan bahasa, 6 Latar belakang politik komunisme dan demokrasi, 7 Sikap terhadap kerja sama dan pemahaman internasional. Lihat; John Francis Cramer dan George Stephenson Browne, Contemporary Education, New York Harcourt Brace, 1956, hlm. 5 28Saifullah IsriKonsep Pendidikan Jerman dan Australia; Kajian Komparatif dan Aplikatif terhadap Mutu Pendidikan IndonesiaJurnal Pendidikan Islam Volume IV, Nomor 1, Juni 2015/1436serupa, yaitu dengan memisahkan kekuasaan, termasuk dalam bidang pendidikan, agar tidak tertumpu pada satu lembaga atau satu orang saja. Hal ini dilakukan karena memandang pengaruh absolut Hitler yang membuat seluruh Jerman bergerak ke arah diarahkan kepada penanaman kemauan yang kuat untuk bangkit dan keahlian yang dibutuhkan untuk kembali berdiri sebagai negara yang kokoh dan samping itu, terpecahnya Jerman menjadi dua bagian untuk waktu yang lama menjadikan isu persatuan sebagai salah satu isu penting dalam budaya pendidikan Jerman. Pada mulanya, pendidikan di Jerman senantiasa dipengaruhi oleh dua lembaga besar, yaitu negara dan agama gereja.Selain itu, negara bagian juga ikut mengklaim wewenang untuk mengatur sistem pendidikan secara dikumandangkannya wajib belajar pada abad ke-17, masalah pendidikan lambat laun mulai beralih menjadi kewajiban Undang-undang dasar menjamin hak setiap orang untuk secara bebas mengembangkan kepribadiannya dan memilih sekolah, pendidikan kejuruan dan pekerjaan sesuai dengan keinginan dan tata negara federal Jerman, kewenangan pendidikan dibagi menjadi federasi dan negara bagian. Negara bagian terutama bertanggung jawab untuk sekolah umum dan sekolah kejuruan serta taman kanak-kanak. Struktur dan Jenis Pendidikan Pendidikan Dasar, Menengah serta Pendidikan Tinggi Pendidikan di Jerman di mulai dari tahap pra sekolah yang disebutKindergarten Taman Kanak-Kanak dimulai dari umur 3-6 ini dinamakan âVorschulische Einrichtungenâ, yang berarti âPersiapan sebelum Pendidikanâ. Konsep taman kanak-kanak di Jerman banyak ditiru oleh negara lain. Oleh sebab itulah, tingkatan sekolah ini di beberapa negara tetap mengadopsi nama Jermannya âKindergartenâ. Penyelenggara taman kanak-kanak paling banyak adalah gereja-gereja, organisasi sosial dan komune, kadang-kadang juga perusahaan dan Setelah Kindergarten dimulai pendidikan dasar pada usia 7 tahun sampai dengan 10 tahun. Pendidikan ini dinamakan âGrundschuleâ, yang berarti âSekolah 4 Robert F. Lawson, Reconstruction Education East German School and Universities after Unification by Rosalin M. O Princhard, Book Review, In Comparative Education Review, Vol. 44 No. 1, Februari, 20005 Agustiar Syahnur, Perbandingan Sistem Pendidikan...hlm. 1566 J. T. Fey, System of Education of Federal Republic of Germany. In F. Husen and Postlethwaite Eds, International Encyclopedia of Education.New York Pergamon Press, 1985, hlm. 125 29Saifullah IsriKonsep Pendidikan Jerman dan Australia; Kajian Komparatif dan Aplikatif terhadap Mutu Pendidikan IndonesiaJurnal Pendidikan Islam Volume IV, Nomor 1, Juni 2015/1436Dasarâ. Dari Grundschule, seseorang mempunyai 4 pilihan untuk melanjutkan sekolah. Pilihan tersebut 1. Hauptschule kelas 5 â 9/10; 2. Realschule kelas 5 â 10; kelas 5 â 13; kelas 5 â 13.7 Untuk memasuki Hauptschule, Realschule atau Gymnasium, seseorang harus melalui âOrienterungsstufeâ Tahapan Orientasi.Di tahap ini diteliti bakat dan kemampuan dari anak, dan tahap ini menentukan kemana tujuan seorang anak dan Realschule lebih ditekankan kepada anak yang ingin langsung kerja bila telah menyelesaikan saja setelah melalui pendidikan di âBerufsfachschuleâ atau âFachoberschuleâ.Bagi yang ingin melanjutkan ke Universitas, jalan tercepat adalah melalui Gymnasium. Jalan pendidikan lain juga dapat mengikuti kuliah di universitas, tapi dengan melalui jalan yang panjang. Misal harus melakukan praktek kerja dahulu selama sekian tahun. Titel yang didapat dari Universitas di Jerman dan Indonesia hampir mirip, namun walaupun namanya sama berbeda tingkatannya. Diplom lulusan Jerman setara dengan S2 atau Master di Indonesia, dan dapat langsung mengikuti program Doktoran Ph. D. Hal ini berarti S1 di Indonesia, pada dasarnya setara dengan Vordiplom di Jerman, tetapi hal ini tergantung dari Anerkennung der Studienleistungen Penyamaan derajat Ijasah. Dengan demikian, bila seorang sarjana S1 lulusan Indonesia akan melanjutkan kuliah di Jerman, ada 3 kemungkinan studi yang akan ia jalani, yaitu 1. Ijasah Studienleistungen dari Indonesia dianggap setara dengan Vordiplom semester 5. Untuk mendapatkan Diplom, ia harus mengikuti semua mata kuliah dari semester 5 sampai dengan pembuatan Diplomarbeit Penulisan Akhir untuk mendapatkan gelar Diplom; 2. Ijasah Studienleistungen dari Indonesia dianggap melebihi dari semester 5. Untuk mendapatkan Diplom, ia hanya diminta untuk mengikuti beberapa ujian untuk penyamaan derajat; 3. Ijasah Studienleistungen dari Indonesia dianggap sudah mencukupi untuk dapat langsung mengikuti program Doktoral. Berdasarkan hal tersebut, maka lulusan S1 dari Indonesia kalau mau melanjutkan sekolah ke Jerman, mempunyai kemungkinan untuk langsung promosi S3. Biasanya kalau bidang studi dan kurikulum dari S1 ke promosi S3 tidak menyimpang jauh, akan mendapat kemudahan pada saat Di Jerman dikenal ada dua jenis pendidikan tinggi utama yaitu Fachhochschule dan yang sering disebut juga FH ini mirip seperti 7 Frackman, dkk, Higher Education policy in Germany In Goedegebuure, Leo et al Eds, Higher Education Policy An International Comparative Perspective, Paris Pergamon Press, 1993, hlm. 1828 U. Teichler and B. Kehm, System of Higher Education of Federal Republic of Germany. In Clarke, B. R., and Neave, G. Eds, The Encyclopedia of Higher Education, Vol. 1 Oxford Pergamon Press, 1992, hlm. 89 30Saifullah IsriKonsep Pendidikan Jerman dan Australia; Kajian Komparatif dan Aplikatif terhadap Mutu Pendidikan IndonesiaJurnal Pendidikan Islam Volume IV, Nomor 1, Juni 2015/1436politeknik di Indonesia, yaitu lembaga pendidikan yang menekankan pada bidang teori lebih sedikit dibandingkan dengan praktek atau di Fachhochschule tak dapat mencapai gelar doktor dan pendidikan di sini ditujukan bagi mereka yang ingin terjun ke industri pendidikan tinggi lainnya adalah Musikhochschule untuk bidang musik, Pedagogische Hochschule untuk bidang pendidikan, mirip IKIP dahulu dan Kunsthochschule untuk bidang seni. Sistem UniversitĂ€t Universitas di Jerman, berbeda dengan di Indonesia, tidak ada âpanduanâ ketat per semesternya, dan urutan mata kuliah A, B, C, dan seterusnya. Hal ini berarti bahwa mahasiswa dituntut harus dapat menentukan sendiri, kuliah, latihan, seminar, ujian yang akan diikutinya, dan lain sebagainya. Hal ini secara langsung memberikan âkebebasan yang sangat besarâ, tapi bisa juga menjerumuskan mahasiswa ke kondisi kelewat santai banyak beberapa mahasiswa Indonesia yang terjebak ke situasi ini, dimana sudah 8 tahun tapi belum ujian apa-apa, karena keasikan kerja atau kesibukan lainnya. Mahasiswa benar-benar dituntut untuk mandiri menentukan apa yang ingin dia pelajari, ujian yang dia ikuti, serta apa yang dia lakukan dan dia inginkan. Terkadang perkuliahan dilakukan dalam ruang auditorium besar sampai 600 siswa, sehingga kesiapan âmentalâ mahasiswa untuk belajar mandiri perlu benar-benar dipertimbangkan bila memilih kuliah di rata-rata dilakukan dalam bahasa demikian di beberapa Universitas seperti di Universitas Bielefeld, Universitas Bremen, dan lain-lain ada juga beberapa kuliah yang dilakukan dalam bahasa Inggris. Model perkuliahan tersusun dari Vorlessung perkuliahan, Seminar semacam diskusi dalam ukuran kecil atau dalam kelompok kecil, dan Ăbung latihan.Ujian dilakukan langsung dengan Profesor yang ujian bersifat lisan, walau ada juga yang diberikan secara ujiannya juga bervariasi ada yang diperbolehkan mengulang untuk mata kuliah yang tidak lulus, namun sering juga hanya sekali saja boleh mengulang namun tahun berikutnya. bukan semester berikutnya. Sistem Fachhochschule nama internasionalnya sekarang sering disebut sebagai University of Applied Science lebih diatur secara ketat mirip dengan sistem perkuliahan di Indonesia, misal urutan perkuliahan, praktek, dan lain sebagainya. Berdasarkan dua lembaga pendidikan tinggi tersebut, mana yang lebih baik dan cocok, ini bergantung dengan tujuan rata-rata disukai oleh orang Jerman yang ingin langsung bekerja di industri, sedangkan Universitas lebih disukai bagi mereka yang ingin berkarir di bidang riset dan pengembangan, atau di bidang pemantauan dan perkenalan dengan beberapa mahasiswa dari Indonesia, sebagian besar mahasiswa Indonesia lebih suka mengambil pendidikan Fachchochschule ini selain alasan waktu serta biaya juga karena mereka ingin cepat bekerja. 31Saifullah IsriKonsep Pendidikan Jerman dan Australia; Kajian Komparatif dan Aplikatif terhadap Mutu Pendidikan IndonesiaJurnal Pendidikan Islam Volume IV, Nomor 1, Juni 2015/1436 Hal seperti inilah yang sulit ditemukan di bahkan dapat dikatakan sulit diwujudkan di dunia pendidikan di Indonesia. Padahal dalam kenyataannya potensinya sama dengan pendidikan di Jerman, sehingga pendidikan tinggi di Jerman, mempunyai suatu yang khas, hanya yang berbeda mekanisme pendidikan yang ditawarkan. Bagi yang suka âkebebasanâ silahkan masuk ke Univeritas, namun bagi yang suka âtuntunanâ dipersilahkan masuk ke Fachhochschule, sehingga dapat segera bekerja dan mendapatkan gaji seperti yang diidam-idamkan. Beberapa Fachhochschule sekarang sudah menawarkan juga âInternational Masterâ yang menggunakan program berbahasa Pendidikan Konstitusi federal Jerman telah memberikan kewenangan pengaturan sistem pendidikan kepada negara dari kebijakan ini adalah adanya otoritas penuh dari pemerintahan negara bagian untuk menentukan kebijakan sistem masalah pendidikan kemudian dirumuskan melalui lembaga legislatif tingkat negara ini, negara bagian di Jerman memiliki sistem pendidikan yang berbeda, di antaranya perbedaan masa ini kemudian mendorong pihak negara bagian untuk mengadakan satu standarisasi yang berlaku secara nasional, sehingga pada tahun 1969, sebagian wewenang negara bagian dalam masalah pendidikan dialihkan ke pemerintahan Pendanaan pendidikan dibebankan kepada anggaran belanja negara bagian dan partisipasi masyarakat meliputi pendanaan biaya personil yang dibebankan kepada negara bagian dan infrastruktur yang melibatkan partisipasi masyarakat. Dalam hal ini, pemerintahan federal utamanya bertanggungjawab atas pendanaan perluasan institusi pendidikan tinggi, sarana yang dibutuhkan dalam proses pendidikan dan kegiatan lembaga-lembaga pendidikan tidak memungut biaya biaya kuliah di Jerman relatif rendah hampir berarti tak perlu bayar SPP, baik untuk warga negara Jerman, ataupun mahasiswa asing. Biasanya mahasiswa hanya perlu membayar uang yang namanya âSozialgebĂŒhrenâ.10Ini untuk mendapatkan beberapa fasilitas bagi mahasiswa, misal agar bisa makan di MENSA kantin khusus mahasiswa yang ada di kampus-kampus di Jerman dengan harga mahasiswa, di beberapa negara bagian, tiket kereta, bus dan trem tak perlu bayar. SozialgebĂŒhren ini sekitar 100 Euro/semester. Sebagai gambaran di Universitas Bremen, kalau kita makan di MENZA, sekali makan dengan tarif mahasiswa hanya membayar 1,3 Euro, tetapi bila kita sebagai pegawai Universitas atau orang luar yang ikut makan, dikenakan biaya 3,5 Agustiar Syahnur, Perbandingan Sistem Pendidikan...hlm. 165-16610 Elley, How in The World Do Student Read? IEA Study of Reading Literacy, The Hague International Association for The Evaluation of Educational Achicvenment, 1992, hlm. 122 32Saifullah IsriKonsep Pendidikan Jerman dan Australia; Kajian Komparatif dan Aplikatif terhadap Mutu Pendidikan IndonesiaJurnal Pendidikan Islam Volume IV, Nomor 1, Juni 2015/1436Kurikulum Pendidikan Meteri-menteri pendidikan negara bagian menentukan kurikulum mereka sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, dan mereka melakukan itu melalui tiga jenis instrumen, yaitu a. Tabel yang menguraikan jumlah jam belajar per minggu, serta mata pelajaran sesuai dengan âgradeâ dan jenis sekolah; b. Pedoman kurikulum; c. Pemberian wewenang penulisan dan pengadaan buku Secara umum kurikulum pendidikan Jerman dapat diformulasikan sebagai berikut a. Tujuan umum kurikulum ditentukan oleh peraturan sekolah/sering dinyatakan pada mukaddimah suatu keputusan, sedangkan tujuan khusus diterbitkan dalam kaitannya dengan pedoman kurikulum; b. Silabus, rekomendasi metode mengajar dan model rencana pelajaran diputuskan oleh kementrian negara; c. Mengenai buku teks, tidak ada yang dapat dipakai tanpa ada persetujuan dari kementerian negara bagian dan guru boleh menggunakannya sejauh terdapat dalam daftar rekomendasi buku yang sah; d. Metode mengajar, bukan âteacher centeredâ tetapi âstudent centeredâ yang sifatnya âopen instructionâ murid belajar atas dorongan sendiri.Evaluasi dan Penelitian Pendidikan Dalam sistem pendidikan Jerman, tidak ada evaluasi nasional yang dilakukan secara teratur mengenai hasil pendidikan sebagaimana di dalam pengertian evaluasi program, sangat terbatas pada penelitian yang ditugaskan pada suatu komisi/panitia. Dengan beberapa pengecualian, evaluasi tes formal pada prinsipnya tidak digunakan untuk menilai keberhasilan anak di sekolah, akan tetapi hanya untuk keperluan diagnistik yang mengidentifikasi jenis-jenis dyslexia kesulitan belajar akibat kondisi tertentu pada otak. Pendekatan yang dipakai untuk mengetahui pencapaian murid, sepenuhnya diserahkan kepada guru selama proses belajar berlangsung. Hasilnya digambarkan dalam bentuk laporan kemajuan tertulis terutama pendidikan dasar.Adapun tes tidak resmi diberikan dengan ketentuan frekuensi yang lebih besar terletak pada partisipasi murid dalam ruangan kelas, tugas rumah juga dapat digunakan sebagai dasar penilaian. Oleh karena prosedur penilaian bervariasi, maka nilai/skor murid sangat tergantung pada penilaian individu serta jenis tugas yang negara bagian di Jerman bahkan menetapkan kode-kode tersendiri yang bersifat sentral dan 11 H. Mohle, German Democratic Republic System of Education, In B. R. Clarke and Neave, Eds, The Encyclopedia of Higher Education, Vol. 1 Oxford Pergamon Press, 1992, hlm. 82 33Saifullah IsriKonsep Pendidikan Jerman dan Australia; Kajian Komparatif dan Aplikatif terhadap Mutu Pendidikan IndonesiaJurnal Pendidikan Islam Volume IV, Nomor 1, Juni 2015/1436standar guna memberikan umpan balik kepada guru agar penilaian yang diberikan benar-benar sesuai dengan kemampuan siswa itu sendiri. Dalam hal sertifikat tamat belajar, itu menjadi tanggung jawab pejabat tingkat negara bagian, untuk menjamin tercapainya standar bervariasi. Pada kebanyakan negara bagian, setelah menyelesaikan pendidikan di Hauptschule dan Realschule siswa menerima sertifikat yang diakui, sementara tugas yang disiapkan untuk ujian akhir di Gymnasiumdiserahkan dan disetujui oleh kementrian. Perbedaan dan pengaruh Sistem Pendidikan Jerman dengan Sistem Pendidikan di Indoensia Pendidikan selalu terkai erat dengan faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangannya baik internal maupun satu faktor yang mampu memberikan implikasi besar bagi perubahan sebuah sistem pendidikan adalah sebagaimana diungkapkan oleh Lin-Huber 1998 merupakan salah satu hal yang mempengaruhi sikap masyarakat dalam sebuah sistem ini tercermin dalam nilai yang dianut dan dipandang sebagai sebuah pedoman dalam bersikap dan berinteraksi satu sama lain. Di samping ideologi bnyak faktor lain yang yang turut mampengaruhi kebijakan pendidikan, misalnya tema kajian pendidikan di kawasan Asia yang mungkin lebih banyak mengarah kepada bidang manajemen sistem pendidikan dan kualitas pengajar. Sebagaimana dikemukakan oleh mantan presiden Conference Comparative Education Society of Asia CESA Fakry Gaffar pada saat pendeklarasian CESSIA di Universitas Negeri Jakarta bulan Februari keterkaitan erat antara pendidikan dengan faktor-faktor yang Filosofis dan Kebijakan Sistem Pendidikan Filsafat yang dianut oleh satu komunitas akan mempengaruhi pendidikan dalam komunitas terkait. sehingga kurikulum pendidikan adalah cerminan filsafat yang dipercayai oleh demikian, penyusunan kurikulum akan senantiasa berkaitan dengan tiga bidang filsafat, yaitu ontology yang berkaitan dengan hakikat realita, epistemology yang membahas hakikat pengetahuan, dan axiology, bidang filsafat yang mengkaji permasalahan nilai. 12 A. Margrith Lin-Huber, Kulturspezifischer Spracherwerb,Bern Verlag Hans Huber, 1998, hal. 5613 Artikel âIndonesiaâs education equity goals moderateâ, UNESCO report showsâ.The Jakarta Post edisi Sabtu 12 Juni Chaedar Alwasilah, Filsafat Bahasa dan Pendidikan, Bandung Rosda Karya, 2008, hlm. 15-16 34Saifullah IsriKonsep Pendidikan Jerman dan Australia; Kajian Komparatif dan Aplikatif terhadap Mutu Pendidikan IndonesiaJurnal Pendidikan Islam Volume IV, Nomor 1, Juni 2015/1436 Jerman pada masa Hitler mengusung Rasionalisasi fasis sebagai landasan sistem pendidikan Jerman saat diarahkan kepada pembentukan sosok manusia yang unggul dalam berbagai bidang keilmuan, pendidikan diarahkan pada penemuan-penemuan ilmiah, utamanya yang bermanfaat bagi pembangunan kekuatan militer Jerman, bidang olahraga bertujuan memunculkan atlit-atlit yang superior seperti juara tinju dunia Max bidang seni, pembuatan karya seni ditujukan untuk membentuk figur ras arya yang unggul. Setelah kekalahan mutlak Jerman dalam Perang Dunia II dan bersatunya jerman barat dan Timur, Jerma mereformulasi ulang landasan falsafi yang dijadikan panduan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Bangsa Jerman kemudian memandang persatuan Einheit, pembagian kekuasaan agar tidak tertumpuk pada satu orang die Macht verteilen, dan kemampuan untuk membangun sebagai falsafah penting bagi bangsa Jerman yang tengah mengalami pandangan ini bisa kita lihat pengaruh filsafat Eksistensialisme yang menekankan kemampuan diri sendiri, filsafat progresivisme dengan proporsi sains dan perubahan yang terencana, juga pengaruh filsafat critical pedagogy dalam upaya memformulasi ulang kebenaran setelah kehancuran akibat ideologi landasan filsafat sangat mungkin terjadi di Jerman karena sistem negara yang menganut sistem sistem ini, negara bagian mempunyai kewenangan untuk mengatur sistem pendidikannya sendiri. Itulah sebabnya lama masa pendidikan di beberapa negara bagian berbeda dengan satu sama lain. Pengaruh dari perubahan landasan filsafat pendidikan ini pada gilirannya berimbas pada kebijakan yang diambil oleh pemerintahan federal maupun pemerintahan negara bagian dalam bidang pendidikan. Berikut adalah beberapa kebijakan sistem pendidikan Jerman yang khas, yaitu a. Pemerintah Jerman memandang pendidikan sebagai modal utama untuk bangkit dari keterpurukan ekonomi dan keterpurukan ideologi. Untuk itu, pemerintah berusaha menjamin ketercapaian akses pendidikan bagi seluruh warga negara dengan membebaskan biaya pendidikan dari Kindergarten sampai tingkat pendidikan tinggi; b.Pemerintah federal/pemerintah pusat tidak âmemonopoliâ kewenangan pengaturan sistem pendidikan secara pengaturan sistem pendidikan juga dimiliki oleh pemerintahan negara bagian; c.Keterlibatan masyarakat dalam menciptakan pendidikan yang berhasil cukup besar; d.Setelah Wiedervereinigung atau penyatuan kembali Jerman Barat dan Jerman Timur, masyarakat Jerman bisa melihat ketimpangan antara dua wilayah ini dalam berbagai bidang, termasuk itu pemerintah berupaya menyeimbangkan kondisi kedua wilayah dengan memberikan alokasi anggaran belanja negara yang lebih proporsional bagi pembangunan pendidikan di bekas Jerman Timur. Pemerataan kualitas 35Saifullah IsriKonsep Pendidikan Jerman dan Australia; Kajian Komparatif dan Aplikatif terhadap Mutu Pendidikan IndonesiaJurnal Pendidikan Islam Volume IV, Nomor 1, Juni 2015/1436pendidikan di semua wilayah negeri merupakan kebijakan yang pada gilirannya akan menghilangkan potensi permasalahan di masa depan; e. Pemerintah Jerman sangat memperhatikan kualifikasi guru. Menjadi guru di Jerman mungkin sama sulitnya untuk menjadi dokter. Relevansi keahlian guru dengan mata pelajaran yang diajarkan, kualitas pengajar dan kesejahteraan yang diperoleh guru merupakan hal yang sangat diperhatikan dalam pengambilan kebijakan di Jerman. Rasanya orang Jerman akan menjadi sangat prihatin atau bahkan mungkin tidak percaya bila dikatakan bahwa di Indonesia masih ada guru yang nyambil menjadi tukang ojek karena kelemahan finansial yang Kontrastif dengan Indonesia. Secara falsafi, landasan sistem pendidikan Jerman dengan Indonesia memiliki banyak ini terjadi karena pendidikan di manapun adalah hal yang dianggap sejak dulu sampai saat ini di manapun dipandang sebagai sesuatu yang samping itu, kemiripan latar belakang mestinya juga bisa menimbulkan keinginan yang sama. Kekalahan Jerman dan penjajahan di indonesia menimbulkan dampak yang sama yaitu adanya ketidaksenangan karena pihak lain mengatur ârumah tanggaâ sendiri dan keinginan untuk mandiri atau merdeka. Namun dari beberapa persamaan landasan pendidikan Indonesia dan Jerman dalam praktek pelaksanaan pendidikan ada perbedaan misalnya masalah Sentralisasi dan desentralisasi pendidikan di Indonesia masih merupakan pembicaraan yang melibatkan banyak perbedaan persepsi antara mastarakat dengan pemerintah sebagai pembuat kebijakan pendidikan di Indonesia belum terwujud dengan baikberbeda dengan Jerman. Sitem pendidikan tinggi universitas di jerman mengakomodasi mereka yang menginginkan âkebebasanâ untuk mengatur Studi mereka, hal ini mendorong kemadirian untuk memprogram belajar sesuai bidang yang diminati, sementara di Indonesia jarang ada yang demikian. Indonesia harusnya bisa belajar dari Jerman yakni terkait dengan Pemerataan Pendidikan betapa pemerataan pendidikan begitu ditekankan di dalam masalah Guru, baik kualifikasi maupun kesejahteraannya yang masih jauh tertinggal dari Guru-guru di ini terjadi karena berbagai faktor yang ada, mulai dari lemahnya anggaran, pengawasan dan kesadaran dari pihak-pihak yang terlibat dalam Cecep Wahyu Hoerudin, dkk, Makalah Studi Pendidikan Manca Negara Jerman dan Indonesia, Universitas Pendidikan Bandung, 2009, hlm. 6-716 Chaedar Alwasilah, Filsafat Bahasa...hlm. 15 36Saifullah IsriKonsep Pendidikan Jerman dan Australia; Kajian Komparatif dan Aplikatif terhadap Mutu Pendidikan IndonesiaJurnal Pendidikan Islam Volume IV, Nomor 1, Juni 2015/1436 Namun seiring dengan jumlah alokasi anggaran pendidikan yang meningkat serta upaya memenuhi pemerataan akses kepada pendidikan melalui pembangunan desa tertinggal dan pembebasan biaya sekolah sampai tingkat menengah, dan sertifikasi guru serta dosen. Barangkali kita harapkan mampu menjadi starting point bagi pembentukan sistem pendidikan Indonesia yang lebih baik lagi untuk masa yang akan Pendidikan di Autralia Sistem pendidikan Australia berstandar tertinggi dan menikmati pengakuan adalah wajib di seluruh Australia, yang memberikan sumbangsih pada tingkat melek huruf 99 mengembangkan keterampilan dan membangun kepercayaan diri para pelajar; lulusan universitas Australia unggul pada penelitian dan inovasi terdepan; serta pendidikan kejuruan dan teknik memajukan sektor industri yang sedang berkembang Australia juga salah satu penyelenggara pendidikan dan pelatihan terdepan di dunia bagi pelajar internasional, termasuk pelatihan bahasa dari 400,000 pelajar dari sekitar 200 negara menerima pendidikan Australia setiap ditawarkan baik di Australia maupun di luar Pendidikan Tujuan umum berbagai sektor pendidikan Australia digariskan dalam undang- undang yang membentuk departemen pendidikan negara bagian, universitas, dan lembaga-lembaga pendidikan umum ini biasanya dilengkapi dengan tujuan-tujuan yang lebih oleh badan-badan yang pendidikan ini mengisyaratkan perlunya pengembangan antara pelayanan kebutuhan individu dan kebutuhan masyarakat melalui sistem level sekolah, tekanan adalah pada pengembangan potensimurid sebaik Pada tingkat pendidikan tinggi, tekanan yang lebih besar diarahkan pada pencapaian kebutuhan pendidikan untuk kepentingan ekonomi serta masyarakat secara mencapai tujuan umum ini, berbagai sektor pendidikan tinggi harus mempunyai fokus program yang universitas lebih mengutamakan pengembangan ilmu pengetahuan, sedangkan sektor pendidikan 17 L. Ingvarson and Chadbourne, Eds., Valuing Teachers Work New Direction In Teacher Apparaisal, Melbourne ACER, 194, hlm. 4518 Dâ Cruz J and P. Langford Eds., Issues in Australian Education, Melbourne Longman Cheshire, 1990, hlm 8919 hlm. 4 37Saifullah IsriKonsep Pendidikan Jerman dan Australia; Kajian Komparatif dan Aplikatif terhadap Mutu Pendidikan IndonesiaJurnal Pendidikan Islam Volume IV, Nomor 1, Juni 2015/1436teknik dan pendidikan lanjutan lainnya lebih memusatkan perhatian pada pendidikan kejuruan. Pada dasarnya, pemerintah federal Australia tidak campur tangan langsung tentang tujuan pendidikan kecuali hanya melalui tujuan umum yang dinyatakan dalam undang-undang, tetapi pemerintah federal menyediakan hampir seluruh dana pendidikan, dan memberikan arah dan Jenis Pendidikan Di Australia, sekolah dimulai dengan kindergarten taman kanak-kanak dan dilanjutkan dari kelas 1 sampai kelas 12. Pada dasarnya sistem pendidikan di Australia dapat digolongkan menjadi lima strata tingkatan, yaitu a. Sekolah Dasar Primary School; taman kanak-kanak sampai kelas 6 atau kelas 7. b. Sekolah Menengah Secondary or High School; kelas 7 atau 8 sampai kelas 10. c. Pendidikan Kejuruan dan Pelatihan Vocational Education and Training dan senior high school/senior secondary school/college sekolah menengah atas; kelas 11 sampai kelas Pendidikan Tinggi University.20 Sebelum memasuki pendidikan tinggi di Australia, siswa harus menempuh pendidikan dasar dan pendidikan menengah terlebih dahulu, seperti halnya di tetapi setelah menyelesaikan sekolah menengah, banyak pilihan bagi seorang siswa untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih Murid di Australia mulai sekolah pada umur 4,5 tahun sampai 5,5 tahun kindergarten. Orang tua murid wajib menyekolahkan anaknya sampai dengan usia 15 atau 16 tahun tergantung pada negara bagiannya. Jika anaknya tidak rajin masuk sekolah, orang tua dikenakan denda/sanksi. Pada tingkat high school, semakin tinggi tingkat sekolah, murid semakin bebas memilih mata pelajaran yang akan diambil. Pada tingkat senior secondary school, murid boleh memilih hampir semua mata pelajaran sesuai dengan keinginannya. Sebagaian besar dari high school dan senior secondary school juga menawarkan mata pelajaran yang bersifat kejuruan, seperti perhotelan, turisme, muatan lokal; teknik kayu, teknik logam hospitality, tourism, woodworking, metal working.Pada akhir kelas 12, murid sekolah mendapatkan Year 12 certificate. Piagam tersebut disertai transkrip nilai mata pelajaran yang telah diambil dengan nilai yang sebagian besar dari mata pelajaran pada tingkat kelas 12, nilai siswa dihitung dari tugas sekolah serta hasil ujian di negara bagian yang dilakukan pada akhir tahun. Nilai tersebut dapat langsung digunakan untuk mendaftar ke universitas, tanpa perlu diuji Australia, terdapat public schools sekolah-sekolah negeri dan private schools sekolah-sekolah swasta. Kurang lebih dua pertiga dari murid bersekolah di sekolah negeri, sedangkan sisanya bersekolah di sekolah schools di Australia dibagi menjadi dua kelompok yang berafiliasi pada agama biasanya Katolik atau Protestan, tetapi ada juga sekolah Islam dan yang tidak berafiliasi kepada agama independent schools. Lihat Education Attace; Embassy of Republic of Indonesia-Canberra, Sistem Pendidikan Australia, Rabu, 17 Maret 2011. 38Saifullah IsriKonsep Pendidikan Jerman dan Australia; Kajian Komparatif dan Aplikatif terhadap Mutu Pendidikan IndonesiaJurnal Pendidikan Islam Volume IV, Nomor 1, Juni 2015/1436Manajemen PendidikanOtorita Berdasarkan konstitusi Australia, pendidikan adalah tanggung jawab negara bagian, seorang Menteri Pendidikan dengan sebuah departemen pendidikan melaksanakan pendidikan dasar dan menengah, dan adakalanya juga pendidikan prasekolah pada daerah itu. Departemen pendidikan merekrut dan mengangkat guru-guru, dan hampir semua staf/karyawan, menyediakan gedung-gedung, peralatan serta perlengkapan lainnya, dan menyediakan anggaran bagi sekolah-sekolah pemerintah. Pada sektor pendidikan dasar dan TAFE, tugas departemen pendidikan berbeda-beda antara negara-negara beberapa negara bagian, departemen pendidikan merupakan penyelenggara utama dan koordinator pendidikan dasar, sementara pada negara bagian lain tugas itu bukan menjadi tugas penyelenggaraan TAFE, pola umumnya ialah ke arah pengadministrasian yang terpisah dari pendidikan beberapa negara bagian, dibentuk badan koordinasi untuk memberikan saran kepada menteri pendidikan tentang prioritas-prioritas dalam sektor pendidikan. Di samping bantuan dana umum yang diberikan kepada negara bagian, Commonwealth semenjak awal tahun 1970-an, telah pula menyediakan dana untuk tujuan-tujuan pendidikan khusus melalui Komisi SekolahCommonwealth Commonwealth Schools Commission,disingkat CSC dan melalui Komisi Pendidikan Tinggi Commonwealth Commonwealth Tertiary Education Commission, disingkat Tanggung jawab politik ditingkatCommonwealth dijalankan oleh Menteri Pendidikan yang harus akuntabel kepada Parlemen Pendidikan Commonwealth sering melakukan pertemuan dengan Menteri-menteri Pendidikan negara bagian melalui keanggotaan Dewan Pendidikan Australia atau the Australien Education Council AEC. Dewan ini merupakan forum nasional yang akan membicarakan masalah-masalah prioritas dan kebijakan pendidikan. Sekolah-sekolah yang statusnya bukan negeri merupakan bagian yang sangat penting dalam sistem pendidikan Australia, dan sekolah-sekolah swasta ini menampung 24% dari seluruh siswa dalam tahun 1982, jumlah yang terus meningkat semenjak awal 1970-an. Hampir semua sekolah swasta berkaitan erat dengan dewan-dewan gereja, di antaranya, sekolah-sekolah Katolik Roma memiliki jumlah sekolah yang paling banyak, menampung hampir 80% siswa- siswa swasta. 21 Agustiar Syahnur, Perbandingan Sistem Pendidikan...hlm. 61 39Saifullah IsriKonsep Pendidikan Jerman dan Australia; Kajian Komparatif dan Aplikatif terhadap Mutu Pendidikan IndonesiaJurnal Pendidikan Islam Volume IV, Nomor 1, Juni 2015/1436Selain dari keharusan untuk mengikuti standar pendidikan minimal yang telah ditentukan untuk keperluan registrasi, sekolah-sekolah swasta pada umumnya bebas dari pengawasan pemerintah. Universitas dan institusi CAE adalah lembaga-lembaga otonomi yang didirikan berdasarkan bagi lembaga ini sepenuhnya menjadi bebanCommonwealth dan dikelola melalui CTEC Commonwealth Tertiary Education Council.Akan tetapi setiap negara bagian membentuk badan koordinasi untuk merencanakan dan mengkaji pendidikan tinggi mengonsultasikannya dengan dan Metodologi Pengajaran Suatu kecenderungan pada semua sistem sekolah negeri semenjak awal 1970-an adalah pendelegasian tanggung jawab kurikulum kepada kecepatannya sangat beberapa negara bagian, pedoman kurikulum dibuat terpusat tetapi sekolah-sekolah dapat mengadaptasikannya untuk memenuhi tuntutan dan kebutuhan lokal. Pada negara bagian yang lain, pejabat-pejabat yang relevan di pusat menyusun tujuan umum dan sekolah menjabarkannya ke dalam bentuk kurikulum yang rinci tetapi tetap berada dalam kerangka tujuan umum yang telah ditetapkan. Pengecualian yang agak besar terjadi pada kurikulum sekolah menengah untuk kelas-kelas terakhir; detail kurikulum disusun secara terpusat untuk kepentingan ujian eksternal. Pada kedua territories, the Australian Capital Territory ACT dan the Northern Territory, sekolah relatif memiliki otonomi yang lebih luas dan dapat mengembangkan kurikulumnya atas dasar tujuan umum yang ditentukan di tingkat sekolah. Di pusat, penyusunan pedoman kurikulum serta objektif kurikulum secara umum biasa menjadi tanggung jawab seksi kurikulum dalam departemen kurikulum pada dasarnya disusun oleh komisi-komisi kurikulum yang sudah ada untuk setiap bidang. Walaupun sekolah-sekolah swasta memiliki otonomi yang cukup luas dalam hal kurikulum, dalambanyak hal mereka mengikuti kurikulum yang sama yang dipakai di sekolah-sekolah negeri dalam negara bagian atau teritorinya. Pusat Pengembangan Kurikulum Curriculum Development Centre, /CDC dibentuk oleh pemerintahCommonwealth dalam tahun 1975 untuk membantu mengkoordinasi dan mendiseminasikannya, serta menyiapkan materi kurikulum. Buku-buku pelajaran dan ujian disiapkan oleh berbagai badan termasuk seksi kurikulum, departemen pendidikan, Dewan Penelitian Pendidikan AustraliaACER, Pusat Pengembangan Kurikulum CDC, penerbit buku-buku akademik yang komersial, dan asosiasi guru-guru bidang studi. 40Saifullah IsriKonsep Pendidikan Jerman dan Australia; Kajian Komparatif dan Aplikatif terhadap Mutu Pendidikan IndonesiaJurnal Pendidikan Islam Volume IV, Nomor 1, Juni 2015/1436Curriculum Framework di Australia disusun dalam rangka menyongsong datangnya Abad XXI, dengan semboyan âEducating our Children to succeed in the 21th Centuryâ. Prof. Lesley Parker, Chair of the Curriculum Council, menyatakan rasa bangganya, karena âThe Curriculum Framework was developed through a unique cosultative process that involved almost teachers, parents, academics, curriculum officers, students and other members of the communityâ. Dengan kata lain, pengembangan kurikulum di Australia telah melibatkan semua stakeholder pendidikan. Ada beberapa hal yang menarik dalam Curriculum Framework Pertama, ada 8 kondisi yang melatarbelakangi pengembangan kurikulum di Australia, yaitu 1 cultural diversity, 2 changes in the family structure, 3 rapid pace of technologival change, 4 global environmental issues, 5 changing nature of social conditions, 6 change in the workplace, 7 inter-dependence in the global economy, 8 uncertain standards of living. Kedua, ada lima karakteristik nilai values yang akan dibangun melalui kurikulum tersebut, yaitu 1 pursuit of knowledge and commitment to achievement of potential, 2 self acceptance and respect of self, 3 respect and concern for others and their rights, 4 social and civic responsibility, dan 5 environmental Curriculum Framework tidak mengggunakan istilah âstudent outcomes statementâ atau dikenal dengan âoverarching statement learning outcomesâ, yang rumusannya pada hakikatnya sama dengan rumusan kompetensi. Ada 13 tiga belas student outcomes statement yang akan dicapai melalui delapan mata pelajaran secara sinergis dengan menggunakan konsep âlinks across the curriculumâ, yaitu 1. Students use language to understand, develop and communicate ideas and information and to interact with others; 2. Students select, integrate and apply numerical and spatial concepts and techniques; 3. Students recognize when and what information is needed, locate and obtain it form a range of sources and evaluate, use and share it with others; 4. Students select, use and adapt technologies; 5. Students describe and reason about patterns, structures and relationship in order to understand, interpret, justify and make patterns; 6. Student visualize consequences, think laterally, recognize opportunity and potential and are prepared to test options; 7. Students understand and appreciate the physical, biological and technological world and have the knowledge and skills and values to make decision in relation to it; 8. Students understand their cultural, geographic and historical context and have the knowledge, skills and values necessary for active participation in life in Australia; 9. Students interact with other people and cultures other than their own and are equipped to contribute to the global community; 10. Student participate in creative activity of their own and understand 22 Autralian Bureu of Statistic, Shools, Australia 1993, Camberra ABS, 1993, hal. 8 41Saifullah IsriKonsep Pendidikan Jerman dan Australia; Kajian Komparatif dan Aplikatif terhadap Mutu Pendidikan IndonesiaJurnal Pendidikan Islam Volume IV, Nomor 1, Juni 2015/1436and engage with the artistic, cultural and intellectual work of others; 11. Students value and implement practices that promote personal growth and well being; 12. Students are self-motivated and confident in their approach to learning and are able to work individually and collaboratively; 13. Students recognize that everyone has the right to feel valued and be safe, and, in this regard, understand their rights and obligations and behave Evaluasi Selama bertahun-tahun sistem pendidikan Australia menggunakan sistem evaluasi eksternal yang ekstensif untuk menentukan kualifikasi siswa dan pemberian sertifikat atau diploma. Sesudah Perang Dunia II hampir semua ujian eksternal ini dihapuskan, dan pada pendidikan dasar dan menengah, yang paling banyak dilakukan ialah kenaikan kelas siswa atas dasar usia. Hampir pada semua sistem, sekolah punya tanggung jawab melakukan ujian untuk setiap level setiap tahun kecuali pada tingkat akhir pendidikan menengah di saat ujian eksternal dilaksanakan. Pada hampir seluruh sistem sekolah, sertifikat pertama yang diterima siswa adalah pada akhir tahun pendidikan ke-10 berdasarkan penilaian internal sekolah. Pemberian sertifikat yang lebih tinggi diberikan pada tahun pendidikan ke-12, pada umumnya berdasarkan ujian ACT dan negara bagian Queensland, ujian internal sekolah yang sudah terakreditasi adalah sebagai pengganti ujian eksternal pada tahun pendidikan ke-12. Untuk masuk ke universitas dan CAE pada umumnya diperlukan kualitas performansi tertentu pada tahun pendidikan ke-12, walaupun kebanyakan institusi memberikan kriteria tersendiri bagi orang-orang dewasa yang- kebetulan tidak memenuhi persyaratan ke TAFE dimungkinkan setelah menamatkan pendidikan 10 tahun dengan hasil yang memuaskan. Masalah yang terdapat dalam sistem ujian dan kenaikan kelas antara lain adalah mendapatkan keseimbangan antara ujian internal sekolah dan kesulitan belajar- mengajar yang mungkin muncul dalam kenaikan kelas otomatis berdasarkan usia. Perbedaan dan pengaruh Sistem Pendidikan Australia dengan Sistem Pendidikan di Indonesia Baik Indonesia maupun Australia sama-sama menerapkan Wajib belajar di Australia wajib belajar diterapkan selama 10 tahun, sedangkan Indonesia mencanangkan wajib belajar 9 tahun, yang akan ditingkatkan menjadi 12 tahun. Kebijakan kedua negara tentang wajib belajar relatif Dâ Cruz J and P. Langford Eds., Issues in Australian..., hlm. 88 42Saifullah IsriKonsep Pendidikan Jerman dan Australia; Kajian Komparatif dan Aplikatif terhadap Mutu Pendidikan IndonesiaJurnal Pendidikan Islam Volume IV, Nomor 1, Juni 2015/1436Di Australia lama pendidikan dasar dan pendidikan menengah berbeda-beda pada setiap negara bagian dan wilayah daratan, dikarenakan diberikanya kewenangan seluas-luasnya otorita penuh dalam penyelenggaraan pendidikan dasar dan memengah. Sedangkan di Indonesia, lama pendidikan dasar dan pendidikan mengerah relatif sama untuk setiap daerah propinsi/kabupaten/kota. Singgungan pendidikan Australia dan Indonesia banyak terjadi melalui banyaknya pelajar dari Indonesia yang belajar di universitas yang ada di itu, pemerintah Australia juga membantu pemerintah Indonesia di dalam memajukan pendidikan di hubungan Indonesia dengan Australia sangat dekat dan dari segi letak geografisnyapun Indonesia adalah tetangga Australia yang Konsep Pendidikan Jerman dan Australia terhadap Pendidikan di Indonesia Dalam tataran konsep Pendidikan, Baik Indonesia, Jerman maupun Australia memiliki konsep yang hampir sama Misalkan dari Penjenjangan pendidikan sama-sama memulai dari pendidikan dasar, menengah dan Tinggi. Bahkan Indonesia dan australia menerapkan wajib Belajar, Australia 10 Tahun sedangkan Indonesia 9 Tahun dan akan ditingkatkan menjadi 12 Tahun. Sedangkan otoritas pendidikan di Indonesia Tampaknya lebih sentralistik meskipun tidak mengabaikan peranan daerah dalam mengelola pendidikan, namun Kebijakan Pemerintah melalui Menteri Pendidikan lebih Dominan dalam mempengaruhi kebijakan pendidikan di Indonesia, hal ini hampir mirip dengan Jerman yang kebijakan Pendidikan ada pada Menteri Pendidikan yang berkoordinasi dengan menteri Negara Bagian, Termasuk Juga dalam Pendanaan Pendidikan ditanggung Pemerintah Pusat serta didukung Pemerintah daerah di Indonesia sementara di Jerman Pemerintah Pusat dalam Pendanaan pendidikan dibantu di Australia kebijakan Pendidikan dan pendanaan ada pada Masing-Masing Menteri negara Bagian. Otoritas ini juga berimplikasi pada penyusunan kurikulum pendidikan. Indonesia yang kebijakan pendidikan cenderung sentralistik, maka kurikulum pendidikan juga dirancang dari pusat, sedangkan di Jerman dan Australia lebih memberi Peluang pada Negara bagian maupun sekolah untuk turut merancang Kurikulum dengan tidak menafikan peran dari sisi evaluasi sepertinya Indonesia lebih baik dengan adanya sistem evaluasi yang terencana dan tearatur, sedangkan Australia lebih menekankan pada penilaian eksternal yang ekstensif, meskipun ada juga ujian nasional yang dilaksanakan. 43Saifullah IsriKonsep Pendidikan Jerman dan Australia; Kajian Komparatif dan Aplikatif terhadap Mutu Pendidikan IndonesiaJurnal Pendidikan Islam Volume IV, Nomor 1, Juni 2015/1436Berdasar perbandingan ketiga negara di atas masing-masing memiliki konsep dan sistem pendidikan masing-masing yang dalam banyak hal ada yang perlu kita cermati adalah mengapa kualitas pendidikan di Indonesia Masih tertinggal dibandingkan Australia dan dari perbandingan pendidikan ini kita bisa petakan kelemahan dan keunggulan pendidikan dari masing-masing negara untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Sebenarnya secara undang-undang Indonesia sudah sama dengan kedua negara, Australia dan Jerman menyediakan layanan pendidikan dan pendidikan Gratis sebagaimana yang termaktub dalam UUD 1945, UU No. 20 Tahun 2003 dan UUD 1945 Pasal 34 ayat 2 dan 4, namun yang menjadi persoalan adalah dalam realisasinya. Poin penting yang bisa kita ambil dari Pendidikan di Jerman adalah pemerataan pendidikan yang dilaksanakan dengan baik, kebijakan pemerintah terkait pemerataan pendidikan ini berimbas pada terjangkaunya akses pendidikan yang relatif sama di semua wilayah dagi semua warga negara, termasuk juga dalam pengalokasian anggaran pendidikan disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing wilayah atau negara bagian. Bandingkan dengan Indonesia yang masih banyak terjadi kesenjangan dalam mengakses pendidikan, terutama di daerah-daerah pedalaman dan terpencil, belum lagi alokasi anggaran pendidikan yang kurang tepat sasaran, sehingga pendidikan gratis belum sepenuhnya tidak sedikit warga negara Indonesia yang merasakan beban biaya Pendidikan menjadi beban yang sangat berat sehingga tak jarang berakhir dengan keputusan tidak melanjutkan ini tentunya semakin menghambat kemajuan pendidikan di Indonesia. Disamping itu apresisi pemerintah terhadap prestasi pendidikan dirasa sangan kurang, sehingga tidak sedikit putra bangsa yang berprestasi justru enggan untuk pulang dan berkarya di Indonesia karena minimnya Apresiasi, dampaknya adalah motovasi belajar pelajar indonesia menjadi tereduksi. Lemahnya kualitas pendidikan Indonesia, dan minimnya apresiasi prestasi ini tampak dari besarnya minat pelajar-pelajar Indonesia untuk belajar ke Australia dan Jerman, hal ini setidaknya dipengaruhi beberapa fakta antara lain 1. Jerman dan Australia adalah salah satu negara paling maju di Dunia, bahkan Jerman menduduki peringkat ke-3 setelah Amerika dan Jepang dalam bidang ekonomi; 2. Kualitas Pendidikan dan penelitian sangat baik, dan 3. Biaya pendidikan dan masyarakat di Australia menganut sistem sosial demokrat yang menjamin semua warganya mendapatkan pendidikan dan penghidupan yang hal ini menunjukkan kualitas pendidikan di kedua negara tersebut, setidaknya 44Saifullah IsriKonsep Pendidikan Jerman dan Australia; Kajian Komparatif dan Aplikatif terhadap Mutu Pendidikan IndonesiaJurnal Pendidikan Islam Volume IV, Nomor 1, Juni 2015/1436sistem pendidikan di Jerman dan Australia sangat mendukung untuk pengembangan keilmuan dan akses pendidikan di kedua negara tersebut juga sangat apresiasi yang tinggi atas prestasi pendidikan. Berdasarkan dari beberapan pandangan di atas, kita menyadari bahwa sistempendidikan di Indonesia saat ini memang berada di peringkat yang kurang kondisi ini bukan merupakan alasan untuk terus merasa terpuruk, karena sistem pendidikan Indoensia juga telah menghasilkan juara-juara olimpiade di bidang Matematika, Fisika dan Biologi. Artinya, Indonesia masih mempunya potensi yang apabila dikelola dengan baik akan berubah menjadi kekuatan yang mampu mengimbangi negara-negara maju seperti Jerman dan Australia tersebut. Salah satu upaya yang bisa dijadikan starting point bagi upaya perbaikan dan pengembangan sistem pendidikan Indonesia adalah dengan memenuhi menganalisa kelemahan dan kelebihannya. Hal ini bisa dilakukan dengan melakukan kaji banding Study Comparative dengan sistem negara lain yang lebih baik, seperti halnya Jerman dan Australia misalnya, sehingga bisa menjadi gambaran bagi kita, bagaimana kita bisa memperkuat dan meningkatkan mutu serta kualitas pendidikan menjadi lebih baik dimasa yang akan datang. Melalui peningkatan kualitas sistem pendidikan Indonesia, kelak Indonesia akan menjadi bangsa yang maju dan berada di barisan terdepan dalam usaha mewujudkan dunia yang lebih baik. Dan yang tak kalah penting adalah peran pemerintah sebagai pembuat keputasan pendidikan di Indonesia, yakni kesungguhan niat pemerintah untuk membenahi pendidikan Indonesia, artinya apa yang telah diamanatkan Undang-Undang hendaknya dilaksanakan dengan sebaik-baiknya dan sebagaimana mestinya, baik dalam pembiayaan dan akses pendidikan yang Studi perbandingan pendidikan merupakan studi yang sangat penting demi mewujudkan generasi bangsa yang lebih berkualitas sehingga dapat memajukan Negara Indonesia dan kebodohan adalah faktor utama ketertinggalan negara Indonesia, artinya dengan melihat pola/ Sistem pendidikan di Jerman dan Australia, kiranya dapat termotivasi dan dapat mengevaluasi dari sejumlah kekurangan sehingga kedepan mutu dan kualitas pendidikan di Indonesia dapat tumbuh dengan lebih baik, karena selain SDA yang melimpah, Indonesia juga harus mempersiapkan SDM yang handal dan berkualitas. 45Saifullah IsriKonsep Pendidikan Jerman dan Australia; Kajian Komparatif dan Aplikatif terhadap Mutu Pendidikan IndonesiaJurnal Pendidikan Islam Volume IV, Nomor 1, Juni 2015/1436 Keseriusan pemerintah untuk mengembangkan dan meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia mutlak ditingkatkan bila Indonesia tidak ingin semakin jauh tertinggal dari Jerman dan Australia, Jaminan akses Pendidikan yang menjadi Hak setiap warga negara sebagaimana amanat Undang-undang harus dipenuhi. Begitu juga alokasi anggaran pendidikan harus direalisasikan dan tepat sasaran. Hal ini mengingat ketertinggalan indonesia dari negara lain khususnya Jerman dan Australia adalah dalam tataran Aktualisasi dan implementasi konsep pendidikan Nasional dalam praktek Pendidikan di lapangan yang belum berjalan secara maksimal. 46Saifullah IsriKonsep Pendidikan Jerman dan Australia; Kajian Komparatif dan Aplikatif terhadap Mutu Pendidikan IndonesiaJurnal Pendidikan Islam Volume IV, Nomor 1, Juni 2015/1436RujukanAgustiar Syahnur, Perbandingan Sistem Pendidikan 15 Negara, Bandung Lubuk Agung, 2001Artikel âIndonesiaâs education equity goals moderateâ, UNESCO report showsâ. îe Jakarta Post edisi Sabtu 12 Juni 2008A. Margrith Lin-Huber, KulturspeziïŹscher Spracherwerb, Bern Verlag Hans Huber, 1998Autralian Bureu of Statistic, Shools; Australia 1993, Camberra ABS, 1993Chaedar Alwasilah, Filsafat Bahasa dan Pendidikan, Bandung Rosda Karya, 2008Cecep Wahyu Hoerudin, dkk, Makalah Studi Pendidikan Manca Negara Jerman dan Indonesia, Universitas Pendidikan Bandung, 2009Don Adams, Educational Pattern In Contemporary Societies, In. îut Eds., Pola-pola Pendidikan dalam Masyarakat Kontemporer, Yogyakarta Pustaka Pelajar, 2005Dâ Cruz J and P. Langford Eds., Issues in Australian Education, Melbourne Longman Cheshire, 1990Frackman, dkk, Higher Education policy in Germany In Goedegebuure, Leo et al Eds, Higher Education Policy An International Comparative Perspective, Paris Pergamon Press, 1993H. Mohle, German Democratic Republic System of Education, In B. R. Clarke and Neave, Eds, îe Encyclopedia of Higher Education, Vol. 1,Oxford Pergamon Press, 1992 Education Attace; Embassy of Republic of Indonesia-Canberra, Sistem Pendidikan Australia, Rabu, 17 Maret Francis Cramer dan George Stephenson Browne, Contemporary Education, New York Harcourt Brace, 1956J. T. Fey, System of Education of Federal Republic of Germany. In F. Husen and Postlethwaite Eds, International Encyclopedia of Education. New York Pergamon Press, 1985 47Saifullah IsriKonsep Pendidikan Jerman dan Australia; Kajian Komparatif dan Aplikatif terhadap Mutu Pendidikan IndonesiaJurnal Pendidikan Islam Volume IV, Nomor 1, Juni 2015/1436L. Ingvarson and Chadbourne, Eds., Valuing Teachers Work New Direction In Teacher Apparaisal, Melbourne ACER, 194Robert F. Lawson, Reconstruction Education East German School and Universities after UniïŹcation by Rosalin M. O Princhard, Book Review, In Comparative Education Review, Vol. 44 No. 1, Februari, 2000U. Teichler and B. Kehm, System of Higher Education of Federal Republic of Germany. In Clarke, B. R., and Neave, G. Eds, îe Encyclopedia of Higher Education, Vol. 1 Oxford Pergamon Press, Elley, How in îe World Do Student Read? IEA Study of Reading Literacy, îe Hague International Association for îe Evaluation of Educational Achicvenment, 1992 ... Mengenai buku teks, tidak ada yang dapat dipakai tanpa ada persetujuan dari kementerian negara bagian dan guru boleh menggunakannya sejauh terdapat dalam daftar rekomendasi buku yang sah; d. Metode mengajar, bukan "teacher centered" tetapi "student centered" yang sifatnya "open instruction" murid belajar atas dorongan sendiri Isri, 2015. ...... Persamaan persepsi antara masyarakat dengan pemerintah sebagai pembuat kebijakan pendidikan di Indonesia belum terwujud dengan baik berbeda dengan Jerman. Sistem pendidikan tinggi universitas di jerman mengakomodasi mereka yang menginginkan "kebebasan" untuk mengatur Studi mereka, hal ini mendorong kemadirian untuk memprogram belajar sesuai bidang yang diminati, sementara di Indonesia jarang ada yang demikian Isri, 2015. ...Mardhiyah TaufikEndis FirdausThis study aims to identify the curriculum development model by Saylor, Alexander, and Lewis for Islamic education and its implications in schools. This study applied qualitative approach and literature study methods. The results of this study indicate that the curriculum is in line with the times. The curriculum also develops to meet the demands of current education systems. To achieve a goal in the educational process requires a design in implementation. Therefore, the curriculum is a design in which there are systematically designed programs to set a goal. Saylor, Alexander, and Lewis consider curriculum as the efforts of schools to influence students to learn, both in the classroom, on the schoolyard, and outside the school. Therefore, there are various demands that Islamic education must be able to answer those needs. Islamic Education is a vast subject in schools. It needs to be selected for its material and developed according to the needs and competencies of students and has use of value for students. Systematically, this paper implies that it tries to provide an overview of the Saylor, Alexander, and Lewis curriculum models and can guide carrying out activities and their implementation in Islamic education.... Berdasarkan beberapa artikel yang telah direview terdapat beberapa variabel psikologis yang diidentifikasi yang dijelaskan antara lain 1 Jerman ada pendidikan vokasi seperti politeknik dan ada pendidikan universitas Isri, 2015. Berdasarkan hal tersebut, perbedaan mendasar dengan pendidikan di Indonesia adalah sejak usia 10 tahun telah ada pemetaan bakat dan minat bagi siswa untuk ke jenjang pendidikan selanjutnya. ...Barbara B. BurnDespite some important differences between the higher education systems of the Federal Republic of Germany and the United States, they share a number of comparable problems, especially in the field of access. The competitiveness of admission in certain faculties and disciplines in both countries and at the more prestigious and selective institutions in the raise serious questions about the proper balance between meritocratic and egalitarian policies. It is emphasized that access policies cannot be determined in a vacuum because of their close relationship to other factors in higher education institutions and AvakovMichael ButtgereitBikas C. SanyalUNESCO-IIEPIncl. bibl. Based on a critical analysis of two countries with very different economic systems and approaches to planning - the USSR and the FRG - this volume examines the complex and changing relationship between higher education and employment under conditions of over-supply of highly qualified graduates and the implications for educational planners. Part I examines the role of education, especially in supplying higher-level manpower, in the process of industrialization, scientific and technological development of the USSR, and discusses the structures, content and methods of the higher education system. The authors analyse the relationship beween higher education and production, and the role of planning in meeting the economy's needs, and offer suggestions for making higher education better respond to employment needs. In Part II the authors describe the structures and development of the education and employment systems in the FRG, examine the changing issues of the political debate on the subject since the post-war period, and describe current research, especially in manpower forecasting. Four papers, on topics including manpower forecasting, the recruitment process and the under-employment of college graduates, are also presented. A comparative study, Part III, identifies differences as well as common elements in the way the two countries view the issues and how they go about adjusting higher education to changing manpower Sistem Pendidikan 15 NegaraRujukan Agustiar SyahnurRujukan Agustiar Syahnur, Perbandingan Sistem Pendidikan 15 Negara, Bandung Lubuk Agung, 2001Indonesia's education equity goals 'moderate', UNESCO report showsArtikelArtikel "Indonesia's education equity goals 'moderate', UNESCO report shows". The Jakarta Post edisi Sabtu 12 Juni 2008Makalah Studi Pendidikan Manca Negara Jerman dan IndonesiaCecep Wahyu HoerudinCecep Wahyu Hoerudin, dkk, Makalah Studi Pendidikan Manca Negara Jerman dan Indonesia, Universitas Pendidikan Bandung, 2009
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Australia adalah satu-satunya benua di dunia yang hanya terdiri dari satu buah negara, yang juga disebut dengan Australia. Pendidikan di Australia juga sangat bagus. Di tempat ini, Australia memiliki kualitas pendidikan yang tinggi, dan bahkan gelar atau ijazahnya pun diakui secara internasional. Selain itu, biaya pendidikan di Australia tergolong murah dan terjangkau bila dibandingkan dengan Inggris atau Amerika, bahkan pemerintah memberikan ijin bagi mahasiswa yang berasal dari luar Australia untuk bekerja baik fulltime maupun partime untuk memenuhi biaya pendidikan mereka. Australia juga menawarkan program studi yang sangat bervariasi, baik jurusan maupun jenjangnya. Hal ini mempermudah siswa dalam mencari sekolah yang sesuai dengan keinginannya. Pendidikan adalah kunci keberhasilan sebuah negara, bahkan kemajuan sebuah negara salah satunya tergantung dengan bagaimana pemerintahan sebuah negara memuliakan pendidikan dan pemerataannya, karena pendidikan merupakan hak asasi setiap warga negara. Setiap warga negara Indonesia berhak mendapatkan pendidikan yang bermutu sesuai dengan minat dan bakat tanpa memandang gender, status sosial, statusekonomi, suku, etnis dan agama. Untuk memenuhi tujuan-tujuan pendidikan diatas, dan sebagai tolak ukur mutu dan keberhasilan di negara kita, kita dapat melakukan perbandingan sistem pendidikan negara lain, dalam hal ini salah satu negara yang dapat kita perbandingkan sistem pendidikannya dengan negara Indonesia adalah negara Australia. Dengan begitu banyaknya kelebihan Australia di bidang pendidikan, maka ada baiknya Indonesia sedikit berkaca dari sistem pendidikan di Australia itu sendiri. Untuk megetahui informasi tentang sistem pendidikan negara Australia dengan berbagai cara, dan salah satunya melalui makalah yang sangat sederhana ini, dalam makalah ini dipaparkan sedikit tentang sistem pendidikan Australia dan dapat kita pahami sebagai bahan untuk sedikit memperbaiki sistem pendidikan di Indonesia. Rumusan Masalah Sejalan dengan latar belakang masalah diatas, penulis menuliskan rumusan masalah sebagai berikut Bagaimana sistem pendidikan di Australia?Bagaimana pengembangan kurikulum di Australia?Bagaimana standart pendidikan di Australia?Bagaimana perbandingan kurikulum di Australia dengan di Indonesia?Tujuan Penulisan Sejalan dengan rumusan masalah diatas, makalah ini disusun dengan tujuan untuk mengetahui Untuk mengetahui sistem pendidikan di mengetahui pengembagan kurikulum di mengetahui standart pendidikan di mengetahui perbandingan kurikulum di Australia dengan di Indonesia. BAB II PEMBAHASAN Sistem Pendidikan AustraliaSistem Pendidikan Di Australia Secara Umum Pemerintah Negara Bagian dan Teritori Australia memegang peranan penting dalam hal manajemen dan administrasi pendidikan sektor sekolah. Setiap Negara Bagian dan Teritori mempunyai hukum dan peraturan-peraturan terkait mengenai kurikulum, akreditasi program studi, ujian bagi siswa dan penghargaan bagi siswa. Pemerintah Australia memegang peranan kepemimpinan secara nasional dan bekerjasama dengan Pemerintah Negara-negara Bagian dan Teritori serta pihak-pihak industri dan masyarakat untuk meningkatkan kualitas dan keefektipan sekolah. Pemerintah Australia juga menyediakan subsidi yang cukup penting bagi sekolah-sekolah pemerintah maupun swasta. Di Australia, tahun ajaran adalah dari akhir bulan Januari, atau awal bulan Februari, sampai dengan awal bulan Desember. Kebanyakan Negara Bagian dan Teritori menggunakan sistem tahun ajaran yang mencakup empat triwulan. Tasmania mempunyai sistem tahun ajaran yang terdiri dari tiga kuartalan. Terdapat dua kategori besar sekolah-sekolah Australia. Sekolah-sekolah Negeri beroperasi di bawah tanggung jawab langsung dari Pemerintah Negara Bagian atau Teritori. Sekolah-sekolah Negeri menerima pendanaan inti dari Pemerintah Negara Bagian atau Teritori dan pendanaan tambahan dari Pemerintah Federal. Sekolah-sekolah selain sekolah negeri menerima pendanaan tambahan dari Pemerintah Federal dan Pemerintah Negara Bagian/Teritori, dan suatu proporsi pendanaan yang besar dari sumbangan swasta dan biaya-biaya sekolah. Sekolah-sekolah selain dari Sekolah Negeri umumnya mempunyai afiliasi agama atau gaya pengajaran yang khusus dan di Australia sejumlah besar sekolah-sekolah selain Sekolah Negeri adalah sekolah Katolik. Sekolah-sekolah di Australia boleh hanya untuk laki-laki, hanya untuk perempuan atau untuk keduanya laki-laki dan perempuan co-educational. Terdapat 8 Bidang Pembelajaran Yang Penting yang merupakan fokus pengajaran di semua sekolah Australia. Bidang-bidang tersebut memberikan kepada para pelajar suatu pendidikan yang utuh dan keterampilan bermasyarakat sosialisasi. Semua sekolah yang menerima pelajar Internasional akan mengajar sesuai dengan 8 Bidang Pembelajaran Yang Penting itu, seperti SeniBahasa InggrisPendidikan Kesehatan dan JasmaniBahasa selain Bahasa InggrisMatematikaIlmu PengetahuanKajian Penduduk dan LingkunganTeknologi Selain dari 8 Bidang Pembelajaran yang Penting tersebut, para pelajar dapat memilih dari sederajat luas mata pelajaran pilihan, yang memastikan keanekaragaan di pendidikan Australia. Contoh-contoh termasuk memakai komputer, perniagaan, undang-undang hukum, pertanian, psikologi, drama, desain grafis, penerbangan dan masih banyak lagi. Jenjang Pendidikan di Australia Pada dasarnya jenjang pendidikan di Australia dapat digolongkan menjadi tiga tingkatan, yaitu Sekolah Dasar Primary School Waktu yang diperlukan untuk menyelesikan pendidikan dasar adalah 6 â 7 tahun. Pada umumnya siswa memasuki pendidikan dasar pada umur 6 atau 7 tahun. Berbeda dengan di Indonesia dimana siswa diharuskan menempuh ulangan-ulangan dan ulangan umum untuk dapat naik ke kelas berikutnya, siswa di sekolah dasar di Australia tidak mengenal ulangan. Mereka secara otomatis naik ke kelas berikutnya sejalan dengan pergantian tahun. Tahun pertama di sekolah dasar Australia disebut Year 1dan seterusnya hingga Year 6. Ada Negara Bagian Australia yang menetapkan lama pendidikan dasar adalah 6 tahun New South Wales NSW, Victoria Vic, Tasmania Tas, dan Australian Capital Territory ACT. Tetapi ada juga yang menetapkan lama pendidikan dasarnya adalah 7 tahun South Australia SA, Northern Territory NT, Queensland Qld, dan Western Australia WA Sekolah Menengah Secondary or High School Pendidikan menengah atau dikenal sebagai Secondary Education di Australia memerlukan waktu antara 5 sampai 6 tahun. Tahun pertama di pendidikan menengah disebut Year 7 dan seterusnya hingga Year 11. Jenjang pendidikan menengah berakhir pada Year 11. Untuk negara bagian yang menerapkan pendidikan dasarnya selama 7 tahun, maka pendidikan menengahnya memerlukan waktu selama 5 tahun saja yaitu di negara bagian SA, NT, Qld, dan WA. Setelah tahun ke 11 ini, siswa dapat memilih ke arah mana jenjang pendidikan yang ia ingin tempuh. Jika seorang siswa berminat dalam bidang-bidang ilmu yang aplikatif, maka ia dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan tinggi yang khusus disiapkan untuk itu. Lembaga pendidikan ini dikenal sebagai Vocational Education and Training VETatau Colleges for Technical and Further Educaton TAFE. Lulusan dari TAFE pada umumnya akan menjadi tenaga teknisi. Jika siswa tersebut berminat ke bidang-bidang ilmu yang lebih bersifat teoritis. maka ia akan memasuki perguruan tinggi universitas. Untuk dapat memasuki universitas, seorang siswa Australia harus menempuh Year 12 yang dikenal juga sebagai Matriculation Year. Dalam tahun terakhir dari pendidikan menengah ini, para siswa digembleng dengan intensif agar dapat lulus ujian negara dengan nilai yang tinggi nilai yang diperoleh, makin mudah siswa tersebut memilih perguruan tinggi yang ia sukai. Seperti halnya di berbagai negara, paspor untuk dapat diterima di universitas favorit adalah nilai ujian Matriculation yang setinggi mungkin. Pendidikan Tinggi Universitas Pendidikan tinggi di Australia dapat di bagi menjadi dua jenjang, yakni jenjang sarjana dikenal sebagai undergraduate level dan jenjang pascasarjana dikenal sebagai postgraduate level untuk memperoleh gelar Masters atau PhD. Jenjang sarjana dapat diselesaikan dalam waktu 3 tahun dan memperoleh gelar Bachelor, yakni Bachelor of Arts BA atau Bachelor of Science Bsc tergantung pada bidang ilmu yang ditempuh oleh mahasiswa/i tersebut. Jika mahasiswa/i tersebut berminat melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi ke jenjang pascasarjana, maka ia perlu belajar lagi selama 1 satu tahun. Jenjang ini dikenal sebagai Honours Level, dan gelar yang diperolehnya akan menjadi BA Hons atau Bsc Hons sesuai dengan bidang ilmu yang ditekuninya. Tingkat kelulusan di jenjang Honours ini sangat menentukan bagi kelanjutan pendidikan sang mahasiswa di jenjang pascasarjana. Banyak universitas di Australia menerima mahasiswa/i untuk program S3 Doktor langsung dari jenjang Honours, jika ia mendapatkan Honours peringkat I atau II-A. Tetapi jika mahasiswa/i tersebut mendapat peringkat II-B, ia diharuskan menempuh jenjang S2 Masters terlebih dahulu. Sekarang, universitas di Australia cenderung menganjurkan para mahasiswa/i pascasarjana untuk menempuh jenjang S2 terlebih dahulu sebelum menempuh jenjang S3. Jika kemajuan yang dicapai oleh sang mahasiswa/i tersebut sangat baik pada tahap-tahap akhir di jenjang S2, maka ia diperkenankan untuk mengalihkan programnya ke jenjang S3. Bagi mahasiswa yang mendapat peringkat Honours III, ia tidak diperkenankan melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Lama pendidikan untuk jenjang S2 adalah 1 sampai tahun, sedangkan untuk jenjang S3 diperlukan waktu 3 sampai tahun. Pendidikan tingkat S2 dapat dilakukan melalui tiga metoda, yaitu dengan mengikuti perkuliahan saja dikenal sebagai Masters by Coursework yang memerlukan waktu antara 12 â 18 bulan; atau melalui penelitian Masters by Research yang memerlukan waktu antara â tahun; atau kombinasi dari keduanya Masters by Coursework & Research yang memerlukan waktu sekitar 2 tahun. Sering calon mahasiswa/i pasca dari negara lain yang tidak mengenal sistem pendidikan di Australia agak bingung jika ditanya dengan cara apa ia akan menempuh jenjang S2nya. Jika calon mahasiswa/i S2 tersebut di kemudian hari bermaksud untuk mengambil program S3, maka sang calon sangat dianjurkan untukmengambil program Masters by Research atau Masters by Coursework and Research. Perguruan tinggi di Australia tidak mau menerima mahasiswa program S3 jika orang tersebut memperoleh Masters by Coursework. Dasar pertimbangannya adalah karena semuaprogram S3 di Australia ditempuh melalui penelitian by Research. Sistem ini berbeda dengan sistem pendidikan di Amerika Serikat misalnya, dimana sebagian dari program S3 di Amerika harus mengikuti perkuliahan. Pengembangan Kurikulum di AustraliaKurikulum Di Australia Pengembangan Kurikulum Australia dipandu oleh Melbourne Declaration on Educational Goals for Young Australians, diadopsi oleh dewan menteri pendidikan Negara bagian dan teritori pada Desember 2008. Deklarasi Melbourne tersebut menekankan pada pentingnya pengetahuan, pemahaman dan keterampilan bidang pelajaran, kemampuan umum, dan prioritas lintas-kurikulum sebagai dasar untuk kurikulum yang dirancang untuk mendukung pembelajaran abad 21. Kurikulum Australia berisi tentang hak untuk mendapatkan bagi setiap siswa Australia. Hal-hal yang terkait meliputi hal-hal dasar untuk mencapai sukses, belajar seumur hidup, dan partisipasi dalam masyarakat Australia. Hal ini berarti bahwa kebutuhan dan kepentingan siswa akan bervariasi, sehingga sekolah dan guru akan merencanakan kurikulum berdasarkan kebutuhan dan kepentingan tersebut. Kurikulum Australia juga mengakui perubahan cara di mana siswa akan belajar dan ada berbagi tantangan-tantangan yang akan terus membentuk pembelajaran mereka di masa yang akan depan. Kurikulum Australia pun akan dikembangkan untuk semua area pembelajaran dan mata pelajaran yang ditetapkan dalam Melbourne Declaration awalnya untuk bahasa Inggris, matematika, IPA/sains dan sejarah, dilanjutkan dengan geografi, bahasa, seni, ekonomi, bisnis, dan kewarganegaraan, Pendidikan kesehatan dan olahraga, serta teknologi informasi dan komunikasi. Kurikulum Australia menetapkan apa yang harus dipelajari oleh siswa melalui spesifikasi isi kurikulum dan pembelajaran yang diharapkan pada nilai sekolah mereka melalui spesifikasi standar prestasi the specification of achievement standards. Kurikulum dan Metodelogi Pengajaran Kurikulum Australia menjelaskan apa yang harus dipelajari oleh setiap siswa Australia sehubungan dengan bidang ajaran, kemampuan umum dan prioritas antar kurikulum. Unsur utama dari kurikulum adalah dskripsi dari isi dan standar prestasi yang diatur menurut bidang ajaran. Deskripsi ini menjelaskan apa yang diharapkan akan diajarkan oleh guru. Standar prestasi merinci kualitas pembelajaran yang diharapkan dari siswa dalam suatu tahap dalam pendidikan mereka. Kurikulum Australia memberikan contoh-contoh yang menggambarkan setiap deskripsi isi yang disebut uraian. Contoh pekerjaan siswa menggambarkan standar prestasi. Pada negara Australia, pedoman kurikulum dibuat terpusat tetapi sekolah-sekolah dapat mengadaptasikannya untuk memenuhi tuntutan dan kebutuhan lokal. Pengecualian yang agak besar terjadi pada kurikulum sekolah menengah untuk kelas-kelas terakhir; detail kurikulum disusun secara terpusat untuk kepentingan ujian eksternal. Territory, sekolah relatif memiliki otonomi yang lebih luas dan dapat mengembangkan kurikulumnya dasar tujuan umum yang ditentukan di tingkat sekolah. Di pusat, penyusunan pedoman kurikulum serta objektif kurikulum secara umum bisa menjadi tanggung jawab seksi kurikulum dalam departemen pendidikan. Pusat Pengembangan Kurikulum dibentuk oleh pemerintah Commonwealth dalam tahun 1975 untuk membantu mengkoordinasi dan mendimensikannya, serta menyiapkan materi kurikulum. Buku-buku pelajaran dan ujian disiapkan oleh berbagai badan termasuk Seksi Kurikulum, Departemen Pendidikan, Dewan Penelitian dan sebagainya. Tanggung jawab tentang metodologi pengajaran pada prinnsipnya terletak pada masing-masing guru dan sekolah tetapi di Australia pada umumnya satu guru mengajar satu mata pelajaran dan untuk kelas yang berbeda umur diajar oleh dari satu guru atau team teaching. Pada umumnya format pengajaran pada pendidikan dasar ialah seorang guru memegang satu kelas, tetapi ada kecenderungan terjadinya variasi pengelompokan kelas. Sama halnya disekolah menengah, hampir semua siswa tetap berada dalam kelompok-kelompok umur yang bersamaan, dan mereka diajar oleh guru-guru bidang studi, dan ada pula kecenderungan untuk pengelompokkan siswa tidak berdasarkan kesamaan umur tetapi beda umur, diajarkan oleh tim guru, dan siswa dikelompokkan dalam format-format kecil. Masalah kurikulum yang krusial dalam sistem pendidikan Australia terletak terutama pada isi kurikulum, yaitu menentukan isi kurikulum yang cocok untuk masyarakat. Hal ini timbul disebabkan oleh perubahan yang terjadi dalam masyarakat Australia dan komposisi penduduk. Lebih sulit memperoleh kesepatan tentang isi kurikulum saat ini dibandingan dengan masa sebelumnya karena masyarakat Australia yang semakin pluralistik dan sekaligus multikultural. Kurikulum Framework di Australia disusun dalam rangka menyongsong dengan semboyan âEducating Our Children to Succed in the 21th Centuryâ. Pengembangan kurikulum di Australia telah melibatkan semua stakeholder pendidikan. Ada beberapa hal yang menarik dalam Curriculum Framework Pertama, ada 8 kondisi yang melatar belakangi pengembangan kurikulum di Australia, yaitu Keragaman BudayaPerubahan struktur keluargaLangkah cepat perubahan teknologiisu lingkungan globalMengubah sifat kondisi socialPerubahan di tempat kerjaKetergantungan ekonomi globalStandar Ketidakpastian hidup. Kedua, ada lima karakteristik nilai value yang akan dibangun melalui kurikulum tersebut, yaitu Mengejar pengetahuan dan komitmen untuk pencapaian potensiPenerimaan diri dan rasa hormat diriMenghormati dan kepedulian terhadap orang lain dan hak-hak merekaSosial dan tanggung jawab sipilTanggung jawab lingkungan. Curriculum Framework tidak menggunakan istilah âberbasis kompetensiâ atau âcompetency-basedâ, namun menggunakan istilah âstudent outcomes statementâ atau dikenal dengan overarching statement learning outcomesâ, yang rumusannya pada hakikatnya sama dengan rumusan kompetensi. Ada 13 student outcomes statement yang akan dicapai melalui delapan mata pelajaran secara sinergis dengan menggunakan konsep âliks across the curriculumâ, yaitu Siswa menggunakan bahasa untuk memahami, mengembangkan dan mengkomunikasikan gagasan dan informasi dan berinteraksi dengan orang menjelaskan dan alasan tentang pola, struktur dan hubungan untuk memahami, menafsirkan, membenarkan dan membuat memvisualisasikan konsekuensi, berpikir lateral, mengenali peluang dan potensi dan siap untuk menguji memahami dan menghargai wordl fisik, biologi dan teknologi dan memiliki pengetahuan dan keterampilan dan nilai-nilai untuk membuat keputusan dalam kaitannya dengan memahami, konteks geografis dan historis budaya dan memiliki pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai yang diperlukan untuk partisipasi aktif inlife di berinteraksi dengan orang lain dan budaya lain selain mereka sendiri dan dilengkapi untuk berkontribusi pada komunitas berpartisipasi pada kegiatan kreatif mereka sendiri dan memahami dan terlibat dengan seni, budaya dan intelektual karya orang Siswa dan menerapkan practies yang mendorong pertumbuhan pribadi dan motivasi diri dan percaya diri dalam pendekatan mereka untuk belajar dan mampu bekerja secara individu dan mengakui bahwa everyyone memiliki hak untuk vald jatuh dan aman dan dalam hal ini, memahami hak dan kewajiban mereka dan berperilaku bertanggung jawab. Pengembangan Kurikulum Australia melambangkan komitmen semua negara bagian dari teritori Australia untuk bekerja sama mengembangkan kurikulum kelas dunia bagi semua pemuda-pemudi Australia. Kurikulum Australia akan memberi penjelasan pada orangtua, guru dan siswa apa yang seharusnya dipelajari para pemuda-pemudi dan kualitas pembelajaran apa yang diharapkan mereka, dimanapun mereka bersekolah di Australia. Standar Kurikulum di AustraliaStandar isi Suatu kecenderungan pada semua sistem sekolah negeri di Australia semenjak awal 1970-an adalah pendelegasian tanggung jawab kurikulum kepada sekolah-sekolah. Pada beberapa Negara bagian, pedoman kurikulum dibuat terpusat, tetapi sekolah-sekolah dapat mengadaptasikannya untuk memenuhi tuntutan dan kebutuhan lokal. Pada Negara bagian yang lain, pejabat-pejabat di pusat menyusun tujuan umum dan sekolah menjabarkannya ke dalam bentuk kurikulum yang rinci, tetapi tetap berada dalam kerangka tujuan umum yang telah ditetapkan. Pengecualian yang agak besar terjadi pada kurikulum sekolah menengah untuk kelas-kelas terakhir. Detail kurikulum disusun secara terpusat untuk kepentingan ujian eksternal. Pada kedua territories, the Australian Capital Teritori ACT dan Northern Teritory, sekolah relative memiliki otonomi yang lebih luas dan dapat mengembangkan kurikulumnya atas dasar tujuan umum yang telah ditentukan di tingkat sekolah. Terdapat variasi dalam hal tanggung jawab pengembangan kurikulum di setiap Negara bagian, maka terdapat pula perbedaan dalam pengimplementasiannya. Dalam hal kurikulum disusun berdasarkan pedoman dan materi pelajaran dari pusat, pejabat-pejabat senior dari pusat secara teratur mengunjungi sekolah-sekolah antara lain untuk memonitor pelaksanaan kurikulum. Standart Pendidik Dan Tenaga Kependidikan Hampir semua guru prasekolah dan pendidikan dasar serta kebanyakan guru-guru sekolah menengah dididik pada CAE Colleges of Advanced Education. Sejumlah guru-guru sekolah menengah, dan beberapa orang guru pendidikan dasar mendapatkan pendidikan di universitas. Semua sistem sekolah memberikan kesempatan kepada guru-guru untuk mendapatkan pendidikan dalam jabatan inservice education, termasuk peningkatan kualifikasi atau ijazah dengan menyelesaikan kuliah-kuliah yang disetujui terlebih dahulu. Guru di Australia dibekali ilmu dan materi. Lisensi mengajarnya di dapat dari kementerian pendidikan disana. Guru-guru yang ada, dari guru Kinder Garden TK sampai guru senior high school SMA memiliki kemauan yang tinggi untuk selalu mengembangkan diri. Hal itu juga berlaku bagi guru-guru yang ada di daerah-daerah pedalaman atau daerah pinggiran. Standar Model Pembelajaran di Australia Model pembelejaran di Australia menerapkan sistem pembelajaran inovatif. Pusat pembelajaran adalah siswa dan guru hanya berperan sebagai fasilitator. Guru melayani kebutuhan siswanya dalam hal belajar. Dalam pembelajarannya, guru menggunakan metode hermenitika yaitu metode menerjemahkan dan diterjemahkan mengerti dan dimengerti. Guru menerjemahkan siswa sedangkan siswa menerjemahkan matematika. Inisiatif, kemandirian, daya, dan upaya dari guru dan siswa merupakan faktor penting yang harus ada dalam pembelajaran matematika. Faktor-faktor tersebut merupakan bekal bagi siswa agar siswa menjadi manusia yang mandiri, dapat melakukan penjelajahan, dan dapat menjadi nara sumber. Matematika anak kecil berbeda dengan matematika murni. Matematika murni berada di dalam pikiran sedangkan matematika anak kecil berada di luar pikiran. Seorang guru matematika hendaknya berpedoman pada skema matematika realistik ketika melaksanakan kegiatan pembelajaran. Matematika realistik terdiri dari empat tahapan yaitu matematika konkret, model konkret, model formal, dan matematika formal. Dalam pembelajaran matematika siswa Sekolah Dasar, penggunaan matematika konkret dan model konkret sebaiknya diperbanyak. Siswa sebaiknya disuruh berinteraksi dengan lingkungan karena dalam mengolah pikiran siswa harus dimulai dari dunia nyata. Pembelajaran matematika yang disertai persiapan dapat menjadi hiburan yang menyenangkan bagi siswa. Persiapan guru dalam pembelajaran matematika salah satunya adalah dengan cara menganalisis kurikulum yang pada akhirnya menghasilkan RPP. RPP sebaiknya disusun secara sistematis agar mudah dalam pelaksanaannya. Selain itu, guru sebaiknya mampu mengembangkan media atau alat bantu pembelajaran, misalnya alat peraga dan LKS. Alat peraga diperlukan agar siswa dapat melihat secara langsung wujud konkret dari suatu benda sedangkan LKS diperlukan agar siswa dapat mengembangkan pola pikir dan terbiasa memecahkan suatu persoalan matematika. Di Australia, kemampuan guru sangat bisa diandalkan. Tempat untuk belajar sudah sangat layak karena fasilitas yang ada sudah memadai. Ruang kelas yang disediakan cukup luas dan juga disediakan buah-buahan untuk siswa. Hal tersebut dimaksudkan agar siswa tidak kekurangan gizi dan tetap segar dalam mengikuti proses pembelajaran. Pendidikan karakter dan tata tertib saat diskusi sangat ditekankan dalam pembelajaran. Pada saat diskusi, siswa selalu diberi kebebasan untuk menyampaikan pendapatnya masing-masing namun harus tetap menghargai pendapat siswa yang lain. Setuju ataupun tidak setuju adalah dengan pendapatnya, bukan dengan orangnya. Jadi, siswa harus sportif dalam berdiskusi. Fasilitas lainnya yaitu perpustakaan. Perpustakaan yang ada di Sekolah Dasar di Australia sangat mendukung untuk menunjang proses pembelajaran siswa. Buku-buku yang tertata rapi dan keadaan ruangan yang bersih membuat siswa nyaman apabila berada di tempat tersebut. Sistem peminjaman dan pengembalian buku juga sudah menggunakan sistem komputer. Selain pepustakaan, terdapat juga laboratorium komputer yang digunakan untuk membuat portofolio. Portofolio dibuat oleh guru dan berisi tentang catatan aktifitas siswa. Guru dalam menjalankan tugas dimanapun, kapanpun, dalam kegiatan sadar maupun tidak sadar selalu berkaitan dengan 2 hal yaitu accountability dipercaya dan sustainability terus. Guru dapat dilihat seberapa tingkat accountability dari sisi akademiknya. Guru yang memiliki tingkat accountability tinggi selalu ingin dipercaya orang lain bahwa ia adalah guru matematika yang professional dan bisa diandalkan. Pengembangan profesional guru sepenuhnya ada di tangan guru sehingga keprofesionalan guru yang berkenaan dengan tugas, hak, dan kewajiban harus dipahami oleh masing-masing guru. Untuk meningkatkan akuntabilitas kinerja guru, upaya yang dilakukan adalah dengan mengadakan kegiatan Lesson Study. Lesson study merupakan suatu strategi pembinaan profesi guru yang berkenaan langsung dengan permasalahan dalam praktik pembelajaran di kelas. Lesson Study membantu guru untuk mengobservasi dan mengkritisi pembelajarannya. Kegiatan Lesson Study bukan lagi kegiatan yang terprogram tetapi sudah menjadi kebiasaan dan merupakan kegiatan rutin yang diselenggarakan oleh MGMP. Siswa di Jepang sudah terbiasa diobservasi sehingga siswa tidak merasa terganggu selama pelaksanaan observasi. Selama observasi, observer melakukan pengamatan secara teliti menggunakan lembar pengamatan yang telah disiapkan sebelumnya. Aspek-aspek yang diamati misalnya interaksi antar siswa, interaksi siswa dengan bahan ajar, interaksi siswa dengan guru, interaksi siswa dengan lingkungan, motivasi belajar siswa, perhatian siswa, konsentrasi siswa, dan keaktifan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Setelah observasi selesai, semua observer diberi kesempatan untuk menyampaikan pendapat mengenai kelebihan dan kekurangan guru dalam mengajar. Pendapat yang disampaikan harus sesuai dengan hasil pada saat observasi. Sore harinya, diadakan seminar yang menguraikan teori yang didapat pada saat Lesson Study. Seminar tersebut menguraikan bagaimana seharusnya guru dalam melakukan kegiatan pembelajaran. Dengan adanya masukan-masukan tersebut, maka kegiatan pembelajaran berikutnya dapat berjalan lebih baik daripada sebelumnya. Standar Penilaian Pembelajaran di Australia Masalah yang terdapat dalam sistem ujian dan kenaikan kelas antara lain adalah mendapatkan keseimbangan antara ujian internal sekolah dan kesulitan belajar-mengajar yang mungkin muncul dalam kenaikan kelas otomatis berdasarkan usia. Sistem lain yang digunakan oleh sekolah-sekolah di Australia untuk mengevaluasi sekolah adalah dengan cara membandingkan data dari ujian National Assement Program Literacy and Numeracy NAPLAN yang dilakukan oleh seluruh sekolah di Australia setiap tahunnya. Hasil dari ujian tersebut diumumkan dalam website NAPLAN yang nantinya dapat dilihat oleh orang tua murid dan pokok eksternal lainnya. Pemerintahan dari setiap state juga dapat mengacu pada data NAPLAN yang nantinya alokasi dana akan diberikan pada sekolah-sekolah yang membutuhkan. Metode evaluasi NAPLAN baru dicanangkan pada tahun 2008 dan seluruh data NAPLAN akan diimplementasikan ditahun 2010. Perbandingan Kurikulum di Australia dengan di Indonesia Jenjang pendidikan menengah di Indonesia berlangsung selama 3 tiga tahun. Jalur pendidikan menengah di Indonesia terbagi atas dua jenis pendidikan, yaitu pendidikan umum dan pendidikan kejuruan. Pendidikan umum adalah pendidikan yang mengutamakan perluasan pengetahuan yang diperlukan oleh peserta didik untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi perguuan tinggi. Sekolah Menengah Atas SMA dan Madrasah Aliyah MA merupakan jenis pendidikan umum pada jenjang pendidikan menengah. SMA merupakan kelanjutan dari SMP dan MA merupakan kelanjutan dari MTs. Pada pendidikan umum setaraf SMA dan MA, pembagian penjuruan dilakukan pada tahun kedua, yaitu pada kenaikan kelas 11. Pendidikan kejuruan adalah pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu. Sekolah Menengah Kejuruan SMK dan Madrasah Aliyah Kejuruan MAK merupakan jenis pendidikan kejuruan pada jenjang pendidikan menengah. SMA merupakan kelanjutan dari SMP dan MA merupakan kelanjutan dari MTs. Berdasarkan penjelasan mengenai jenjang pendidikan menengah di Australia dan Indonesia terdapat beberapa pebedaan, yaitu Bidang Australia Indonesia Lama Pendidikan 6 tahun / 5 tahun 3 tahun Jalur Pendidikan Junior Secondary school 4 tahun / 3 tahun Senior High School 2 tahun SMA/SMK/MA/MAK 3 tahun Jalur pendidikan yang bersifat keagamaan Milik swasta Milik Pemerintah / swasta Penjurusan untuk pendidikan umum Tidak ada Ada tahun kedua Jenis pendidikan yang bersifat kejuruan 2 tahun + pendidikan 2 tahun 3 tahun Wajib belajar Pendidikan dasar + Junior Secondary School Pendidikan dasar BAB III PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan, maka didapatkan kesimpulan bahwa terdapat berbagai perbedaan yang mencolok antara pendidikan di Australia dan Indonesia. Beberapa perbedaan tersebut meliputi Sistem pendidikan yang berbeda, dimana wajib belajar di Australia adalah 10 tahun primary dan secondari school sementara di Indonesia adalah 9 tahun SD dan SMP.Tes nasional yang dilakukan oleh pemerintah Australia adalah NAPLAN National Assessment Program-Literacy and Numeracy, yang dilakukan sebagai persiapan menuju year 10. Sementara di Indonesia, tes nasional yang dilakukan adalah UNAS, yaitu setelah menyelesaikan jenjang SD, SMP, dan guru di Australia sama dengan di Indonesia, yaitu S1 4 tahun hanya saja terdapat program khusus bagi calon guru yang sudah menamatkan S1 di luar jurusan kependidikan untuk bisa menjadi seorang guru. Di Indonesia, pernah diadakan program Akta IV, namun sudah tidak berlaku lagi. Orang yang ingin menjadi guru harus mengikuti sekolah guru atau mengambil master di bidang negara bagian di Australia memiliki cara tersendiri untuk meningkatkan profesionalitasan guru di Australia disebut dengan The Australian Teacher Education Assosiation ATEA, sementara di Indonesia disebut PGRI Persatuan Guru Republik Indonesia.Beberapa permasalahan pendidikan di Australia meliputi 1 kesenjangan antara sekolah privat dan publik 2 keterbatasan teknologi dan informasi untuk anak sosio-ekonimi rendah 3 staff pengajar yang tidak mendapatkan insentif sesuai porsi kerja 4 lima puluh persen siswa sosio-ekonomi rendah mengabaikan study mereka untuk adanya pendidikan agama di Demikian lah makalah ini kami sampaikan tentang Kurikulum Australia. Semoga bermanfaat bagi pembaca. Apabila ada kekurangan dari materi yang saya tulis didalam makalah ini saya meminta saran dan kritik yang sangat kami butuhkan agar dimasa mendatang makalah ini dapat lebih sempurna. Dan semoga bermanfaat bagi kita semua. DAFTAR PUSTAKA 2014, januari 27. Retrieved februari 9, 2018, from sistem pendidikan di australia 2016, november 16. Retrieved februari 9, 2018, from makalah kurikulum australia
makalah sistem pendidikan di australia